Bisnis.com, JAKARTA— Pergerakan rupiah pada pekan ini diperkirakan masih dibayangi oleh isu pengurangan stimulus moneter (tapering) the Fed, dan bergerak pada level Rp11.900—Rp12.000.
Peneliti dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) I Kadek Dian Sutrisna mengatakan isu tapering akan semakin me runcing mengingat pertemuan Fed Open Market Committee (FOMC) di gelar pada pekan ini.
“Masih tertekan [rupiah] dari sisi domestik dan the Fed dengan pemulihan AS akan serius untuk tapering,” katanya, akhir pekan lalu.
Angka Rp12.000 per dolar, menurutnya, memang sudah menggambarkan posisi fundamental Indonesia dengan tingginya permintaan dolar AS dan berbagai faktor lainnya. Terlebih sentimen pasar terhadap rupiah masih sangat buruk.
Peneliti dari Aspirasi Indonesia Research Institute Yanuar Rizky menilai langkah pemerintah untuk memperbaiki kondisi fundamental akan memakan waktu lama. Padahal, menurutnya, kondisi rupiah yang makin lemah saat ini akan memperberat posisi Indonesia sebagai negara importir.
Serangkaian kondisi ini, tuturnya, akan membuat rupiah sulit menguat. Terlebih tekanan isu tapering akan terus berlanjut hingga Februari.
Pada penutupan transaksi pekan lalu, Jumat (13/12/2013) rupiah tercatat melemah 0,69% ke level Rp12.106 di Bloomberg Dollar Index. Angka ini adalah yang terlemah sejak 4
Maret 2009 saat rupiah bertengger di posisi Rp12.100 per dolar AS.
Sepanjang pekan lalu rupiah bergerak pada level Rp11.920—Rp12.106.