Bisnis.com, MALANG - Bank Indonesia menilai kurs dollar Amerika Serikat sebesar Rp11.500 sudah mencukupi, namun jika sudah mencapai Rp11.800-Rp11.900 sudah melebihi dan tidak sesuai dengan fundamental perekonomian nasional.
Deputi Gubenur Senior Bank Indonesia Mirza Aditsyaswara mengatakan BI tentu akan melakukan intervensi pasar jika kurs dollar AS sudah terlalu tinggi.
“Namun dalam situasi apa pun, BI sebenarnya selalu hadir di pasar dan intervensi pasar dilakukan secara terukur,” ujarnya di sela-sela Seminar Riset Bank Indonesia betajuk Peranan Kebijakan Makroprudensial dalam Mewujudkan Stabilitas Sistem Keuangan di Malang hari ini, Kamis (28/11/2013).
Hari ini, Rupiah ditutup di level Rp12.018/US$, sedangkan BI mematok kurs tengah Rp11.930/US$.
Mirza menegaskan level ideal kurs rupiah adalah level Rp11.500/US$, yang dia nilai cukup untuk membedung arus impor dan sekaligus mendorong ekspor.
Dengan kurs dollar AS sebesar Rp11.500, dia nilai, maka sudah cukup untuk membendung laju impor. Impor yang dilakukan pengusaha bisa dilakukan secara sangat selektif.
Di sisi lain, dengan kurs dollar sebesar itu juga sudah cukup untuk mendorong peningkatan ekspor karena komoditas ekspor menjadi lebih kompetitif.
Dengan melemahnya impor, maka diharapkan dapat mengurangi defisit transaksi berjalan.
Upaya mengurangi defisit tarnsaksi berjalan dalam jangka pendek yang dilakukan BI, yakni menaikkan tingkat suku bunga acuan menjadi 7,50%.