Bisnis.com, JAKARTA - Selisih harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terhadap minyak Brent mencapai titik terlebar dalam kurun hampir tujuh bulan akibat naiknya cadangan minyak dan merosotnya produksi di Libya.
WTI turun ke level terendah dalam empat bulan setelah Lembaga Informasi Energi menyatakan suplai naik 4,09 juta barel menjadi 383,9 juta pekan lalu. Sedangkan estimasi dari 11 analis berdasarkan survei Bloomberg terjadi peningkatan 2,4 juta barel.
Sementara itu, cadangan minyak di Oklahoma, tempat pengiriman WTI, naik 2,18 juta barel menjadi 35,5 juta. Minyak Brent yang diperdagangkan di bursa London semakin melebarkan selisihnya terhadap WTI hingga di atas US$2.
“Ada kekhawatiran atas posisi minyak mentah di Amerika Serikat secara keseluruhan yang akan memberi tekanan pada WTI. Sedangkan masalah di Libya membuat harga Brent semakin tinggi,” ujar Kyle Cooper, Direktur Riset Komoditas pada IAF Advisors di Houston sebagaimana dikutip Bloomberg, Kamis, (31/10/2013).
Kontrak Brent untuk pengiriman Desember mencapai US$13,09 lebih tinggi dari WTI sekaligus yang tertinggi sejak 2 April. Sedangkan WTI untuk pengiriman Desember turun US$1.43 atau 1,5% menjadi US$96,77 per barel di bursa New York Mercantile Exchange. Minyak acuan Eropa naik 85 sen atau 0,8% dan berakhir pada posisi US$109,86 per barel di bursa London.