Bisnis.com, NEW YORK - Harga minyak dunia jatuh pada Jumat ata Sabtu (12/10/2013) pagi WIB, setelah laporan Badan Energi Internasional (IEA) menyoroti lonjakan produksi dari Amerika Utara dan beberapa negara lainnya.
Para analis juga mengutip berlanjutnya kegelisahan tentang dampak ekonomi dari kebuntuan anggaran Amerika Serikat terus menekan harga minyak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 99 sen menjadi US$102,02 per barel di New York Mercantile Exchange.
Patokan Eropa, lapor AFP, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November turun 52 sen menjadi US$111,28 per barel di perdagangan London.
Analis menunjuk sebuah laporan oleh IEA, yang mewakili negara-negara konsumen energi, mengatakan bahwa pertumbuhan produksi pada kuartal ketiga dari negara-negara di luar Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) naik sebesar 1,7 juta barel per hari dibandingkan dengan tahun lalu.
"Ini adalah pertumbuhan tahunan paling tajam untuk satu kuartal dalam lebih dari 10- tahun," IEA mengatakan.
Selain Amerika Serikat dan Kanada, penambahan pasokan juga berasal dari Kazakhstan dan Sudan Selatan.
IEA memperingatkan bahwa kenaikan produksi minyak non-OPEC tidak akan berarti harga akan lebih rendah karena ketidakstabilan di beberapa negara OPEC terkemuka, termasuk di Irak dan Libya.
Namun, Matt Smith, analis di Schneider Electric, mengatakan laporan IEA "sekali lagi menggarisbawahi tema ledakan pasokan non-OPEC untuk tahun depan." Analis juga terus mengawasi Washington karena penutupan sebagian kegaiatan pemerintah tampak sepertinya bisa meluas memasuki minggu ketiga.
Pasar minyak bergabung pasar ekuitas pada Kamis (10/10/2013) menguat lebih tinggi karena kemajuan kesepakatan untuk menghindari gagal bayar (default) utang AS tampak di tangan. Pada Jumat, pasar ekuitas terus meningkat, tetapi pasar minyak dilanda aksi jual.
Analis Sucden, Kash Kamal mengaitkan penurunan minyak terhadap perasaan bahwa momentum mulai "pudar" dalam negosiasi antara Presiden Obama dan anggota kongres Partai Republik.
"Kami terus digerus lebih rendah di bawah kekhawatiran bahwa jika penutupan kegiatan (shutdown) pemerintah tidak berakhir dan jika pagu utang tidak dinaikkan, kita bisa mengalami kemunduran yang parah," kata Gene McGillian, pialang dan analis di Tradition Energy.
Baca juga:
- Harga Minyak WTI Pulih Setelah Adanya Isyarat Penambahan Batas Utang AS