Bisnis.com, NEW YORK - Brent naik setelah Perdana Menteri Libya dibebaskan oleh para penculik, menambah kekhawatiran bahwa negara Afrika Utara itu akan berjuang untuk mempertahankan produksi minyak di tengah pergolakan dan tantangan kepada otoritas pemerintah.
Futures naik sebanyak 1% di London sebelum kenaikannya terkupas oleh pembebasan Perdana Menteri Ali Zaidan di Tripoli. Seorang milisi dari Libya Revolutionaries Operations Room, membawanya hari ini dari hotel Corinthia, menurut Hashem Beshr, kepala Supreme Security Committee di ibukota Libya .
Harga juga naik karena anggota parlemen AS menunjukkan mereka terbuka untuk menaikkan plafon utang jangka pendek, yang berpotensi mengakhiri krisis yang berisiko menekan pertumbuhan di negara konsumen minyak terbesar dunia itu.
“Masalah keamanan di Libya mendukung minyak saat ini, " kata Christopher Bellew, broker senior pada Bache Jefferies Ltd di London. "Kesukuan di Afrika Utara dan Timur Tengah tentu menambah premi politik terhadap harga, meskipun dampak dari kejadian ini mungkin berjangka pendek.”
Brent untuk penyelesaian November naik sebanyak US$1,08 ke US$110,14 per barel di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London, dan diperdagangkan US$109,75 pada pukul 11:08 waktu London.
Minyak mentah North Sea berada pada premi dari US$7,81 terhadap West Texas Intermediate, naik dibandingkan dengan US$7,45, kemarin, perbedaan terbesar sejak 4 September. Volume semua kontrak yang diperdagangkan sekitar 29% di atas rata-rata 100 hari.
WTI untuk pengiriman November naik sebanyak 66 sen, atau 0,7%, dan berada di level harga US$101,93 per barel pada perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange. Kontrak tersebut turun 1,8% kemarin ke level US$101,61, terendah sejak 3 Juli.
SEHAT
Perdana Menteri Libya dibebaskan dalam sehat, demikian laporan kantor berita pemerintah LANA.
Penahanan sebelumnya didasarkan pada informasi yang salah bahwa Jaksa Penuntut Umum memiliki surat perintah penangkapan, Beshr mengatakan melalui telepon hari ini dari Tripoli. Zaidan diambil saat fajar "untuk tujuan yang tidak diketahui dan alasan yang tidak diketahui," kata pemerintah pada halaman Facebook resminya.
Libya, penghasil minyak terbesar di Afrika, adalah anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak, yang memompa sekitar 40% dari minyak mentah dunia. Output Libya bulan lalu merosot ke level terendah di antara 12 negara anggota OPEC, demikian Bloomberg.