Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik ke level tertinggi dalam 2 tahun setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya akan membantu Suriah jika diserang, meskipun Amerika Serikat yakin pemerintah negara itu menggunakan senjata kimia untuk melawan pemberontak .
Kondisi itu tak pelak memicu ketegangan baru yang akan mengacaukan ekspor minyak dari Timur Tengah. Pasalnya, AS tetap ngotot akan menyerang negara itu meski dalam skala terbatas. Kondisi itu membuat harga minyak mentah naik 2%.
Harga minyak mentah juga naik akibat spekulasi bahwa bank sentral AS akan membatasi pengurangan stimulusnya menyusul rendahnya pertumbuhan lapangan kerja.
“Keterlibatan Rusia bisa mempercepat segala sesuatunya dan bergerak menuju perbatasan Suriah,” ujar Kyle Cooper, direktur riset komoditas pada IAF Advisors di Houston sebagaimana dikutip Bloomberg, Senin (9/9/2013).
Dia menambahkan situasi di Suriah yang tidak menentu membuat pasar khawatir. Kekecewaan terhadap angka pengangguran membuat orang berpikir pengetatan stimulus oleh bank sentral AS kemungkinan ditunda.
WTI untuk pengiriman Oktober naik US$2,16 menjadi US$110,53 per barel di bursa New York Mercantile Exchange atau yang tertinggi sejak 3 Mei 2011. Harga tersebut melaju 2,7% pekan ini, sedangkan volume seluruh kontrak tercatat 2,5% di bawah rata-rata 100 hari pada pukul 15.19 atau 02.19 WIB, Senin (9/9/2013).
Sedangkan Brent untuk pengiriman Oktober naik 86 sen atau 0,7% dan ditutup pada posisi US$116,12 per barel di bursa ICE Futures Europe London. Sedangkan volume seluruh kontrak tercatat 1,3% di bawah rata-rata 100 hari.