Bisnis.com, JAKARTA—Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik ke level tertinggi dalam dua pekan, setelah anjloknya pembelian terhadap rumah baru pada bulan lalu yang memicu spekulasi bank sentral AS akan memperketat stimulus moneter.
Kontrak WTI naik 1,3% setelah data dari pemerintah menunjukkan penurunan angka penjualan rumah baru ke level terendah sejak lebih dari tiga tahun.
Catatan hasil pertemuan bank sentral pada Juli menyebutkan anggota “sangat puas” dengan pembatasan pembelian obligasi tahun ini jika ekonomi membaik.
Presiden bank sentral untuk wilayah St. Louis, James Bullard mengatakan bank tersebut bertekad tidak akan menaikkan suku bunga acuan sejauh inflasi di bawah 1,5%.
“Pasar kembali bergairah setelah pemberitaan anjloknya angka penjualan rumah pada Juli,” ujar Kyle Cooper, direktur riset komoditas pada IAF Advisors di Houston seperti dikutip Bloomberg, Senin (26/8/2013).
Menurutnya, data perumahan tampaknya terpengaruh akibat kekhawatiran terhadap penghentian stimulus dan sektor perumahan yang merupakan salah satu sektor paling kuat di bidang ekonomi akhir-akhir ini.
Harga minyak WTI untuk pemgiriman Oktober naik US$1,39 dan bertengger di posisi US$106,42 per barel di bursa New York Mercantile Exchange. Angka itu menunjukkan kenaikan tertinggi sejak 9 Agustus.
Harga untuk pekan ini turun 1%, sedangkan volume seluruh kontrak sekitar 12% di bawah rata-rata 100 hari pada pukul 14:46 waktu setempat atau pukul 01.46 dinihari, Senin (26/8/2013).
Harga minyak Brent untuk pengriman Oktober naik US$1,14 per barel atau 1% pada sesi perdagangan sore di bursa ICE Futures Europe London.
Kontrak yang diperdagangkan 3,4% di atas rata-rata 100 hari. Premi minyak mentah acuan Eropa itu tercatat US$4,62 terhadap WTI atau turun US$4,87 kemarin.