Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah merealisasikan strateginya dengan memenangkan obligasi bertenor pendek dalam lelang sukuk negara, yakni mencapai Rp5,23 triliun atau 99% dari perolehan dana hasil lelang kemarin, Selasa (23/7/2013).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), pemerintah hanya memenangkan 2 dari 5 seri surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara yang ditawarkan dengan total penyerapan dana Rp5,27 triliun.
Jumlah itu jauh lebih tinggi dari target indikatif yang hanya Rp1,5 triliun. Bahkan tercatat 13 kali lipat dibandingkan nilai dana yang dimenangkan dalam lelang sukuk negara sebelumnya yakni hanya Rp395 miliar pada 9 Juli 2013.
Kedua seri sukuk yang dimenangkan ialah Seri SPNS 24012014 bertenor 6 bulan senilai Rp5,23 triliun dengan imbal hasil (yield) rerata tertimbang 6,74%.
Sisanya, Seri PBS005 yang jatuh tempo pada April 2043 sebesar Rp35 miliar dengan yield rerata tertimbang 8,56% dan imbalan 6,75%
Analis Obligasi PT Penilai Harga Efek Indonesia (IBPA) Fakhrul Aufa menyampaikan pemerintah membuktikan sedang melaksanakan strateginya, yakni dengan mengutamakan penerbitan surat utang bertenor pendek Seri SPN.
“Sudah terlihat strateginya sejak Bulan Juli pemerintah cenderung berfokus pada seri pendek, tidak hanya sukuk, SUN kemarin juga,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/7/2013).
Menurut dia, pemerintah menyesuaikan dengan kebutuhan investor yang memang memburu tenor pendek. Dari sisi risiko, investor menganggap obligasi bertenor kurang dari 5 tahun memiliki risiko lebih kecil dari pada bertenor panjang.
“Dengan alasan manajemen likuiditas, permintaan pada tenor pendek sangat besar, jadi pemerintah berfokus pada seri tersebut,” tambahnya.
Selain itu, obligasi seri pendek juga lebih banyak diminati oleh investor lokal dibandingkan investor asing. Menurut dia, pemerintah hanya ingin pasar obligasi lebih digerakan oleh kebutuhan domestik dengan risiko yang minim.
Dia mengungkapkan nominal dana yang diserap pemerintah dari hasil lelang sangat besar karena untuk mengejar target pengelolaan utang yang cukup tinggi pada kuartal ketiga tahun ini.
Selain itu, menurut dia, pemerintah ingin terlebih dahulu mengambil kesempatan sebelum inflasi Juli menggelembungkan tingkat yield dalam lelang selanjutnya dan melonjakkan beban bunga utang negara.
“Pemerintah mengejar penyerapan pada lelang kali ini sebelum inflasi Juli berdampak pada yield, saya pikir itu strategi yang tepat,” ungkapnya.
Dari sisi imbal hasil, investor mendapat insentif premi yield yang lebih tinggi dibandingkan pada lelang sebelumnya. Maklum saja, tingkat imbal hasil memang menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan sebesar 50 basispoin yang terjadi pertengahan Juli lalu.
“Yield yang dimenangkan memang ada kenaikan, bahkan tercatat paling tinggi sejak awal tahun. Misalnya SPN pada lelang sebelumnya masih di 6,72%, sekarang meningkat 6,74%,” sebutnya.
Pada proses lelang, total penawaran yang masuk mencapai Rp6,32 triliun atau 7 kali lipat lebih besar dari penawaran pada lelang sebelumnya yang senilai Rp851 miliar.
Adapun, penawaran yang dilakukan investor terdiri dari Seri SPNS 24012014 yang jatuh tempo pada Januari 2014 senilai Rp 5,96 triliun dengan kisaran yield 6,28%-7,25%. Seri PBS001Q yang bertenor 2 tahun mendapat permintaan sebesar Rp123 miliar pada kisaran yield 7,25%-7,75%.
Selain itu, Seri PBS001 bertenor 5 tahun memiliki penawaran Rp104 miliar dengan kisaran yield 7,56%-8,5%. Sedangkan Seri PBS004 yang jatuh tempo pada 2037 tercatat Rp28 miliar dengan kisaran yield 8,5%-9%.
Terakhir, Seri PBS005 bertenor 30 tahun mendapat permintaan sebanyak Rp110 miliar dengan kisara yield 8,53%-9,75%.
Adapun, pemerintah memberi jaminan aset barang milik negara berupa tanah dan bangunan yang merupakan proyek atau kegiatan dalam APBN 2013.