Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Bearish, Saatnya Borong Emas

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas naik ke level tertinggi dalam 3 minggu, meski begitu, tren emas saat ini masih bearish, sehingga investor dapat memborong emas dan menjualnya ketika bullish.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas naik ke level tertinggi dalam 3 minggu, meski begitu, tren emas saat ini masih bearish, sehingga investor dapat memborong emas dan menjualnya ketika bullish.

Adapun meski selama sepekan nilai emas spot naik 0,53% dari US$1.292 per ounce, tetapi sepanjang 6 bulan, emas merosot 24,01%. Sementara itu sepanjang 1 tahun, emas spot telah anjlok 18,80%.

Johannes Ginting, analis senior sekaligus Kepala Edukasi PT Monex Investindo Futures, mengatakan secara global, salah satu alasan utama pelemahan emas adalah spekulasi tentang program stimulus AS. Jika stimulus dikurangi, emas akan merosot.

“Patut diketahui, harga emas pada saat ini sudah berada di level dasar. Hal itu karena harga produksi emas sendiri di kisaran US$700 hingga US$1.000 per ounce,” ujarnya pada Bisnis, Jumat (19/7/2013).

Menurutnya, setelah harga emas turun drastis, pembelian fisik memang meningkat, namun tidak signifikan dan mendorong harga. Sementara itu India juga memberlakukan batasan impor emas karena membahayakan posisi neraca perdagangan.

“Untuk saat ini trader dan investor bisa mencermati pergerakan jangka pendek. Untuk trader saya sarankan melakukan sell on rally di level US$1.300 ke atas,” kata Johannes.

Dia menambahkan harga US$1.300 hingga US$1.380 adalah level kunci penguatan emas. Jika level tersebut ditembus maka emas mampu melonjak hingga level US$1.500 per ounce. Sementara jika emas terus turun maka penurunan terendah dapat mencapai level US$900 per ounce.

“Emas masih dalam tren bearish, dan jika saya adalah seorang investor, maka saya akan memborong emas. Hal itu karena emas masih murah, walaupun rupiah naik,” jelasnya.

Lukman Leong, analis PT Platon Niaga Berjangka mengatakan, selama lebih dari sepekan emas berkonsolidasi diantara US$1.270-US$1.300. Harga diperkirakan masih akan berada di range pada sepekan mendatang karena absennya data penting dari Amerika Serikat.

“Proyeksi jangka panjang masih bearish, untuk sementara ini harga emas masih akan tetap menunggu The Fed yang akan mengadakan pertemuan pada 31 Juli nanti,” katanya pada Bisnis, Jumat (19/7).

Menurutnya faktor pendukung penaikan emas yaitu kekhawatiran akan inflasi pada AS tidak pernah terbukti, pengurangan stimulus oleh The Fed akan semakin menguatkan dolar AS dan semakin menekan harga emas.

“Harga emas akan tetap sideway sepekan mendatang. Level harga emas yang perlu diperhatikan adalah resisten di US$1.350-US$1.300, dan support di US$1.270, US$1245, US$1.210 dan US$1.180,” jelasnya.

Nilai emas spot naik sebanyak 0,8% menjadi US$1.294,93 per ounce, dan diperdagangkan di US$1.290,83 pada Jumat (19/7) pukul 14.13 di Singapura. Harga menyentuh US$1.300,88 pada 17 Juli, level tertinggi sejak 24 Juni.

Indeks dolar Bloomberg, yang membandingkan dolar AS terhadap 10 mata uang utama, turun 0,2%. Volume untuk kontrak emas spot di Indeks Shanghai menguat ke 14.633 kilogram pada Kamis (18/7) setelah jatuh selama 3 hari.

Emas naik 0,4% pekan ini setelah penaikan 5,1% dalam periode 5 hari sebelumnya, yang merupakan kinerja terbaik sejak Oktober 2011. Sebuah survei Bloomberg menunjukkan trader mengalami masa bullish untuk minggu keempat.

Hal itu adalah jangka terpanjang sejak pasar bearish terjadi pada April, setelah Ketua Federal Reserve, Ben S. Bernanke mengatakan pada pekan ini bahwa pembelian obligasi bank sentral AS akan berkurang.

Huang Fulong, analis CITICS Futures Co, mengatakan dolar AS telah menjadi pendorong penting harga emas baru-baru ini.

"Emas terus diperdagangkan dalam level konsolidasi, didukung oleh pernyataan Bernanke yang membuat investor mempertanyakan kemungkinan pengurangan stimulus," ujarnya seperti dikutip di Bloomberg, Jumat (19/7).

Lebih lanjut, nilai kontrak emas untuk pengiriman Desember naik 0,4% menjadi US$1.290,80 per ounce di Comex, New York, naik 0,9% minggu ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper