Bisnis.com, JAKARTA - Karet jatuh ke titik terendah dalam satu pekan ini, karena kekhawatiran permintaan dari China, konsumen karet terbesar di dunia, mungkin akan melemah setelah data pertumbuhan perekonomian China kuartal II/2013 melambat.
Harga karet untuk pengiriman Desember di Tokyo Commodity Exchange turun sebanyak 2,1% menjadi 233,5 yen per kg atau US$2,34 per kg dan berada di 234,6 yen pada pukul 09:57 waktu Tokyo atau 07.57 WIB setelah libur kemarin.
Pertumbuhan ekonomi di negara berkembang di Asia akan lebih lemah dari perkiraan semula dalam ekonomi tahun ini dan tahun depan di tengah ekspansi di China lebih lambat dan permintaan ekspor dari negara-negara maju, seperti dikatakan Bank Pembangunan Asia pada Selasa (16/7/2013).
Perkembangan GDP China kuartal II/2013 melambat menjadi 7,5% dari kuartal sebelumnya 7,7% pada 3 bulan sampai Maret 31 2013.
"Kekhawatiran yang akan melemahkan permintaan dari China dan pasar negara berkembang lainnya melemahkan selera investor untuk masa depan," kata Kazuhiko Saito, seorang analis di broker Fujitomi Co KG. di Tokyo.
China mungkin tumbuh 7,7% tahun ini dan 7,5% pada 2014, sebagai bagian dari penguatan yuan menekan permintaan eksternal dan melemahnya konsumsi domestik menekan impor, kata ADB.
Asia Tenggara mungkin akan tumbuh 5,2% tahun ini dari prediksi sebelumnya 5,4%, menurut ke bank.
Karet untuk pengiriman Januari di Shanghai Futures Exchange naik 0,4% menjadi 17.410 yuan (US$2,84 per kg).
Persediaan karet alam naik sebesar 109 ton menjadi 114.230 ton, bursa mengatakan pada 12 Juli, berdasarkan survei dari sembilan gudang di Shanghai, Shandong, Yunnan, Hainan dan Tianjin.
Harga karet Thai (FoB) turun 1,2% menjadi 79,35 baht (US$2,55) per kg kemarin, menurut ke Institut Penelitian Karet Thailand.
Baca juga: Harga Karet (16 Juli) Berpotensi Naik, Ini Faktor Pendorong