Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Morgan Stanley Turunkan Peringkat Saham Indonesia Terkait Risiko Pelarian Modal

BISNIS.COM, JAKARTA - Pasar saham Indonesia merupakan yang paling rentan di Asia Tenggara untuk pelarian modal di tengah valuasi mahal dan saham besar oleh investor asing, demikian pernyataan Morgan Stanley.

BISNIS.COM, JAKARTA - Pasar saham Indonesia merupakan yang paling rentan di Asia Tenggara untuk pelarian modal di tengah valuasi mahal dan saham besar oleh investor asing, demikian pernyataan Morgan Stanley.

Ekuitas negara itu diturunkan menjadi underweight (kurang berbobot dari saham lain) dari equalweight (sama bobot) dalam laporannya hari ini oleh Jonathan Garner, kepala berbasis di New York bank strategi Asia dan pasar berkembang. PT CIMB Securities Indonesia memangkas rekomendasinya terhadap saham negara 2 hari lalu, mengutip kekhawatiran bahwa kenaikan harga BBM akan memacu inflasi.

Investor asing, yang membeli bersih US$ 16 miliar saham Indonesia selama 7 tahun terakhir, sejauh ini telah menjual sekitar US$ 210 juta pada 2013, data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) divaluasi 2,8 kali aktiva bersih, tingkat tertinggi di antara 17 pergerakan ekuitas Asia, bahkan setelah jatuh 11% dari puncak 20 Mei. Indeks itu naik 1,3% menjadi 4.638,40 pada pukul 10:50 di Jakarta, setelah kemarin turun 3,2%.

"Indonesia masih merupakan negara yang relatif overowned," tulis Garner dan koleganya di Hong Kong, Yang Bai dan Pankaj Mataney, seperti dikutip Bloomberg, hari ini Kamis (4/7/2013).

Indonesia kemungkinan menjadi pasar ekuitas yang paling rentan di kawasan ASEAN dalam hal skenario arus modal berhenti mendadak." Asean mengacu pada Asosiasi Bangsa Bangsa Asia Tenggara.

Indeks Jakarta, yang memiliki lebih dari dua kali lipat selama 4 tahun terakhir, anjlok kemarin akibat manajer uang asing menjual sekitar US$ 88 juta saham di tengah spekulasi bank sentral Indonesia akan meningkatkan biaya pinjaman. Para pembuat kebijakan dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga pada 11 Juli.

Volatilitas Lonjakan

Bank Dunia, yang memangkas proyeksi pertumbuhan 2013 untuk Indonesia menjadi 5,9% bulan ini, mengatakan inflasi percepatan bisa mengganggu permintaan domestik dan melemahan investasi. Pemerintah menaikkan harga BBM dalam negeri pada bulan lalu untuk pertama kalinya sejak 2008.

Biaya energi yang lebih tinggi, dikombinasikan dengan pengetatan kebijakan moneter, mungkin akan memukul pertumbuhan investasi yang sudah melemah dan mengerem ekspansi ekonomi menjadi 5,7% pada 2013, menurut Credit Suisse Group AG.

Volatilitas historis 30 hari Indek Jakarta naik menjadi 33,3 hari ini, level tertinggi sejak November 2011, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Perubahan harga telah meningkat di tengah kekhawatiran Federal Reserve AS akan mengurangi stimulus moneter yang telah memicu permintaan untuk aset berisiko di pasar negara berkembang.

CIMB Securities Indonesia, broker teraktif pada Mei dari sisi volume perdagangan, menurunkan rekomendasinya terhadap saham Indonesia menjadi netral dari overweight pada 2 Juli dan dipangkas target akhir tahun untuk indeks Jakarta ke 5.075 dari 5.250.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul-nonaktif
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper