Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Asia, Rusia, Catat Reli Terbesar 9 Bulan

BISNIS.COM, JAKARTA - Saham di pasar berkembang naik, mencatatkan reli pekanan terbesar dalam 9 bulan terakhir, setelah krisis likuidas China mereda dan Federal Reserve menekan spekulasi investor tentang pengurangan stimulus segera.

BISNIS.COM, JAKARTA - Saham di pasar berkembang naik, mencatatkan reli pekanan terbesar dalam 9 bulan terakhir, setelah krisis likuidas China mereda dan Federal Reserve menekan spekulasi investor tentang pengurangan stimulus segera.

Saham perusahaan pengembang terbesar China Vanke Co. naik 6,9% di Shenzhen karena spekulasi pemerintah akan menghapus hambatan pembiayaan pembangunan real estate. Reliance Industries Ltd. dan Oil & Natural Gas Corp. mengalami reli, setelah kabinet negeri itu setuju meningkatkan harga gas alam.

Indeks rujukan di Russia, Afrika Selatan dan Turki naik lebih dari 1%, demikian Bloomberg, Jumat (28/6/2013).

Indeks MSCI naik 1,7% menjadi 935,05 pada pukul 4.07 sore di Hong Kong, melanjutkan peningkatan sebelumnya 3,8%. Indeks ini sempat turun 7,3% pada bulan ini, menghaapi rugi terburuk sejak Mei 2012. Tingkat bunga swap di China telah mengakibatkan penurunan pekanan terbesar.

Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan mengatakan pelemahan pertumbuhan nasional masih dalam rentang rasional dan ekonomi stabil.

Presiden Fed Bank of New York William C. Dudley mengatakan pembuat kebijakan kemungkianan memperpanjang program pembelian aset akan mendorong ekonomi AS gagal menggapai perkiraan.

 “Saya melihat banyak reaksi berlebihan di pasar ekuitas; kabar soal China secara pasti mendorong sentimen,” kata Marc Djandji, partner pada Asean Strategy Group, di Ho Chi Minh City.

Menurutnya, ada berita dan pernyataan positif, termasuk keluarnya Fed dengan penjelasan tentang pengurangan stimulus.

Ekuitas global mengalami kerugian hampir mendekati US$3 triliun pada bulan ini, akibat Fed menyatakan kemungkinan mengupas pembelian obligasi untuk memperkuat ekonomi AS dan investor berspekulasi bahwa peningkatan biaya modal di China akan mengerem pertumbuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul-nonaktif
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper