BISNIS.COM, JAKARTA—Bumi Plc sedang memproses permohonan pembukaan perdagangan saham kembali (unsuspend) di bursa efek London, segera setelah menyelenggarakan RUPS Tahunan pada Rabu (26/6/2013) .
Seperti dikutip dari website resmi Bumi Plc, Jumat (21/6/2013), perseroan menyatakan bahwa saat ini sedang dilakukan penguatan sistem internal dan kontrol terhadap PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), yang merupakan anak usaha Bumi Plc.
“Saat ini Bumi Plc sedang melibatkan diri dengan financial conduct authority terkait hal-hal yang sudah dilakukan untuk mengamankan persetujuan dimulainya kembali perdagangan saham BUMI sesegera mungkin, setelah menggelar RUPS Tahunan pada 26 Juni nanti,” tulis manajemen seperti dikutip, Jumat (21/6/2013).
Perseroan juga menyatakan manajemen tetap pada komitmennya untuk memisahkan diri dari Grup Bakrie dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Negosiasi terkait pemisahan ini masih terus berlangsung, termasuk soal pemutusan joint venture arrangements antara Grup Bakrie dan Grup Borneo.
“Update selengkapnya akan dipaparkan dalam RUPS Tahunan,” tulis manajemen.
Sebelumnya, Ketentuan Perjanjian (Heads of Terms Agreement) pemisahan BUMI dan Grup Bakrie dari Bumi Plc sudah ditandatangani pada 12 Februari 2013. Setelah Grup Bakrie membayar deposit US$50 juta dan menempatkannya di escrow account, langkah selanjutnya adalah mereka harus membayar US$278 juta secara tunai.
Namun, tenggat waktu bagi Grup Bakrie untuk membayar US$278 juta secara tunai itu diperpanjang dari semula 30 Mei menjadi 26 Juni 2013. Setelah pisah dari Bumi Resources dan Grup Bakrie, Bumi Plc akan berkonsentrasi mengelola aset batu bara Berau.
Seperti diketahui, Bumi Plc saat ini masih merupakan induk usaha Berau Coal dan Bumi Resources. Perdagangan saham Bumi Plc (BUMI) di bursa efek London dihentikan sementara (suspended) sejak 22 April 2013 atas permintaan perseroan sendiri.
Nick von Schirnding, CEO Bumi Plc mengatakan permintaan penghentian perdagangan saham itu dilakukan setelah pihaknya berkonsultasi dengan UK Listing Authority.
Permintaan suspensi saham itu akibat tertundanya klarifikasi terkait laporan keuangan perseroan yang berakhir per 31 Desember 2012. Namun pada akhir Mei lalu, Bumi Plc akhirnya merilis laporan keuangannya.
Tahun lalu, perseroan ternyata membukukan pendapatan sebesar US$1,53 miliar, naik 8,8% dari perolehan 2011 sebesar US$1,4 miliar. Namun, rugi bersih tahun lalu mencapai US$2,32 miliar, anjlok 589,3% dari rugi bersih 2011 yang hanya US$337 juta.
Selain itu, perseroan mengakui bahwa ada uang yang ‘hilang’ sebesar US$201 juta atau nyaris Rp2 triliun dalam kurun waktu dua tahun (2011—2012) di Berau, terdiri dari US$152 juta pada 2012 dan US$49 juta pada 2011.
Pengeluaran sebesar total US$201 juta tersebut ternyata tidak jelas tujuan penggunaan dananya (no clear business purpose) serta tidak bisa dibuktikan dengan bukti-bukti yang memadai. Pengeluaran itu terkait pembangunan hauling road, pembayaran tanah, biaya konsultan, hingga goodwill.