BISNIS.COM,JAKARTA--Meski harus diwaspadai, tetapi pembalikan modal asing dari pasar keuangan Indonesia dinilai belum menjadi ancaman dalam jangka menengah.
Enrico Tanuwidjaja, Ekonom Royal Bank of Scotland (RBS) untuk kawasan Asia Tenggara, mengungkapkan ketertarikan asing atas saham dan obligasi di Indonesia masih dalam kondisi yang sehat.
Modal asing di pasar ekuitas Indonesia, lanjutnya, tercatat naik 13% dan kepemilikan asing atas obligasi Indonesia mencapai 32%.
"Dari bonds inflow ke Indonesia, modal asing itu masih cukup sehat. Risiko capital reversal memang ada, tapi Bank Indonesia sudah menerapkan sejumlah aturan yang bisa mereduksi risiko tersebut," ujar Enrico seusai paparan Proyeksi Perekonomian dan Pasar Indonesia, Kamis (18/04).
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, hingga 12 April 2013 kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) yang dapat diperdagangkan mencapai Rp286,19 triliun atau 33,1% dari total SBN tradeable Rp863,67 triliun.
"Kepemilikan asing sekitar 30% masih cukup sehat. Kita juga tidak melihat penjualan bonds Indonesia secara besar-besaran," tuturnya.
Enrico menambahkan risiko capital outflow teredam oleh kebijakan Bank Indonesia dan Kemenkeu, misalnya ketentuan batas minimum kepemilikan SBN (minimum holding period) dan aturan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA).
Sayangnya, imbuh Enrico, arus modal asing yang banyak masuk ke Indonesia tidak diikuti oleh penguatan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat.
"Tekanan rupiah kemungkinan terjadi sampai akhir semester I/2013. Dan kalau ada perkembangan ekonomi yang positif, rupiah bisa menguat ke level Rp9.500/US$ pada akhir 2013," katanya.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengatakan tingginya arus modal asing yang masuk ke Indonesia turut didorong oleh kebijakan quantitative easing oleh AS, Eropa, dan Jepang.
Namun, Menkeu mengingatkan risiko pembalikan modal ketika prospek perekonomian di negara dan kawasan tersebut mulai pulih.
"Likuiditas digelontorkan masuk ke Indonesia, kita jadi kebanjiran uang yang banyak. Suatu hari uang ini pasti akan kembali. Ini yang harus kita persiapkan," ujarnya dalam Rakernas Kadin, Rabu (17/04).
Kondisi ekonomi AS, imbuh Agus, menunjukkan kondisi yang membaik seiring turunnya tingkat pengangguran. "Kita harus siapkan diri karena uang yang masuk itu, setiap saat bisa ada pembalikan. Kita harus menjunjung tinggi kehati-hatian," tuturnya.
Terkait surat berharga negara, Agus mengakui telah terjadi peningkatan imbal hasil (yield) akibat lonjakan inflasi. Menurutnya, ketika risiko naik, investor tentu meminta untung lebih tinggi.
"Saya tahu yield kita di SUN tenor 10 tahun itu sedikit meningkat merespon inflasi dan kondisi-kondisi terkait BBM. Tetapi nanti kalau pemerintah sudah merespon mengenai hortikultura dan BBM, ini akan terkendali," kata Agus.
SAHAM & OBLIGASI: Indonesia Dinilai Aman dari Risiko Pembalikan Modal Asing
BISNIS.COM,JAKARTA--Meski harus diwaspadai, tetapi pembalikan modal asing dari pasar keuangan Indonesia dinilai belum menjadi ancaman dalam jangka menengah.Enrico Tanuwidjaja, Ekonom Royal Bank of Scotland (RBS) untuk kawasan Asia Tenggara, mengungkapkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
50 menit yang lalu
Bisikan Lo Kheng Hong Terbaru Soal Saham ABMM
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
50 menit yang lalu
Bisikan Lo Kheng Hong Terbaru Soal Saham ABMM
7 jam yang lalu