BISNIS.COM, JAKARTA-Meningkatnya laju inflasi tahunan pada Maret 2013 sebesar 5,9% diyakini menjadi momentum awal turunnya saham sektor perbankan turun dan sektor properti.
Berdasarkan data Bloomberg, sektor properti yang tergabung dalam indeks JAKPROP mencatatkan koreksi kinerja saham sebesar 3,73% sejak 1 April 2013 hingga Senin (8/4), sedangkan sektor perbankan yang tergabung dalam JAKFIN mencatatkan koreksi 2,33%.
Padahal sejak awal tahun ini, indeks JAKPROP mencatatkan pertumbuhan kinerja saham sebesar 36,27%, sedangkan sektor perbankan yang tergabung dalam JAKFIN mencatatkan pertumbuhan 18,44%.
Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai kenaikan tingkat inflasi tersebut menimbulkan kekhawatiran dari para pelaku pasar terhadap saham-saham terimbas negatif seperti sektor properti dan perbankan.
"Kenaikan harga barang-barang kebutuhan yang melonjak mempengaruhi tingkat pertumbuhan inflasi pada Maret 2013. Hal ini tentu mempengaruhi aksi jual beli investor di pasar saham," tuturnya saat dihubungi, Senin (8/4).
Menurutnya, kenaikan inflasi memicu adanya rencana Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga acuan, sehingga menjadi sentimen negatif bagi industri properti. Hal tersebut membuat para investor memilih menjual saham-saham properti.
Dari sektor perbankan, kenaikan inflasi diperkirakan akan menaikkan suku bunga kredit sehingga berpotensi meningkatkan nilai kredit macet.
Kiswoyo menilai sentimen-sentimen negatif tersebut membuat investor lebih memilih cara aman dengan menjual saham-saham tersebut, dengan mengalihkan portofolionya ke saham-saham yang bersifat defensif.
"Pada beberapa waktu yang lalu saham seperti ICBP, JSMR dan TLKM mencatatkan kenaikan harga saham yang bagus. Pada saat itu juga, saham-saham perbankan maupun properti menunjukkan koreksi," tuturnya.
Dia memperkirakan koreksi tersebut hanya akan terjadi dalam waktu jangka pendek. Seiring dengan terkendalinya harga-harga barang kebutuhan, lanjutnya, para investor akan kembali mengambil saham-saham seperti perbankan dan properti.
"Agak sulit kalau misalnya untuk memprediksi sampai kapan koreksinya, karena itu tergantung dari kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilisasi harga barang-barang kebutuhan," katanya.
Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memiliki bobot saham terhadap IHSG sekitar 24%, sedangkan sektor properti memiliki bobot sekitar 9%. Adapun saham seperti BBCA, BMRI, BDMN dan BMRI merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar. (faa)