JAKARTA-Meningkatnya ketidakpastian global serta masih minimnya sentimen dari dalam negeri diperkirakan membuka ruang koreksi terbatas di pasar surat utang (SUN) Tanah Air pada hari ini (21/2).
Analis Obligasi PT Sucorinvest Central Gani Ariawan mengatakan ketidakpastian eksternal meningkat setelah catatan hasil pertemuan The Federal Reserve yang dirilis semalam menunjukkan adanya perbedaan pendapat mengenai rencana waktu penghentian program stimulus Quantitative Easing III.
"Beberapa anggota The Fed berpendapat bahwa program stimulus dapat dihentikan walaupun angka pengangguran di AS belum mencapai level 6,5%. Keluarnya angka housing starts AS bulan Januari yang turun lebih buruk dari perkiraan juga menambah sentimen negatif dari eksternal," katanya dalam riset pagi ini.
Adanya beberapa sentimen eksternal tersebut, jelasnya, berpotensi membuka ruang koreksi di pasar SUN pascapenguatan dalam 4 hari sebelumnya.
Namun demikian, pelemahan pasar diperkirakan hanya terjadi dalam rentang yang terbatas seiring masih tingginya likuiditas di dalam negeri serta relatif stabilnya pergerakan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir.
Pada perdagangan kemarin (20/2), pasar SUN menguat terbatas di tengah volume perdagangan di pasar sekunder yang masih relatif tipis. Penguatan pasar ini dimotori oleh SUN bertenor pendek yang mana rata–rata yield bertenor pendek turun 2 basis poin sementara yield tenor menengah dan panjang relatif tidak banyak berubah dari posisi hari sebelumnya.
Yield SUN acuan bertenor 10 tahun masih ditutup di level 5,26% pada perdagangan kemarin. Seri FR0065 kembali menjadi SBN dengan transaksi teraktif di pasar sekunder dengan total volume perdagangan mencapai Rp870,4 miliar.
Pada perdagangan obligasi korporasi, obligasi seri PPLN10A menjadi obligasi yang paling banyak ditransaksikan di pasar dengan total volume perdagangan mencapai Rp240,0 miliar.
Berkebalikan dengan pasar obligasi berdenominasi rupiah, harga obligasi pemerintah berdenominasi dolar AS justru melemah pada perdagangan kemarin terutama pada obligasi bertenor panjang.
Yield Indo-22 dan Indo-42 masing–masing naik 1 basis poin dan 5 basis poin ke level 3,22% dan 4,64%, sementara yield Indo-17 masih bergerak stabil dan ditutup pada level 2,31% .