JAKARTA—Volume perdagangan saham perusahaan dalam Standard & Poor (S & P) 500 hari ini sekitar 14% di bawah rata-rata bulanan akibat adanya perkiraan bahwa badai salju bakal terjadi di Timur Laut AS.
Bursa di New York, yang tutup selama dua hari pada Oktober lalu akibat Badai Sandy yang meluluhlantakan kota, hingga kini belum mempunyai rencana untuk meneutup pasar lebih awal. Bahkan mereka mengatakan siap menggunakan system cadangan jika diperlukan.
"Ini bisnis seperti biasa," kata juru bicara NYSE Euronext Richard Adamonis melalui telepon. "Kami juga memiliki kontingensi rencana kami di tempat."
Sekitar 75% dari 341 perusahaan S & P 500 yang telah merilis pelaporan telah melebihi proyeksi laba, dan 67% telah mengalahkan perkiraan penjualan, demikian menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Ini jelas dipicu oleh para pemimpin Uni Eropa yang mensepakati anggaran tujuh tahun yang memotong pengeluaran untuk pertama kalinya. Ini artinya mereka tunduk pada desakan Perdana Menteri Inggris David Cameron soal penghematan.
Kesepakatan itu dicapai setelah pembicaraan di Brussels yang menghabiskan waktu 25,5 jam, dalam posting di Twitter Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy hari ini, Jumat atau Sabtu (9/2/2013).
Seperti diketahui Bursa saham di AS naik, Indeks Standard & Poor 500 naik ke tingkat tertinggi sejak November 2007 menyusul pendapatan perusahaan melampaui estimasi dan para pemimpin Eropa mencapai kesepakatan anggaran.
Sembilan dari 10 kelompok di S & P 500 naik seperti Apple Inc dan Hewlett-Packard Co naik setidaknya 1,6%. LinkedIn Corp melonjak 22% setelah penyedia profesional-jaringan layanan online membukukan laba yang mengalahkan perkiraan. McDonald Corp naik 0,7% setelah secara mengejutkan membukukan keuntungan dari penjualan toko seperti bulan lalu, sementara permintaan merosot di kawasan Asia Pasifik. (Bloomberg/msb)