JAKARTA: Belum jelasnya kepastian kenaikan harga BBM turut mendorong investor untuk wait and see sehingga membuat volume transaksi obligasi kembali turun pada perdagangan kemarin.
Sekretaris Perusahaan Indonesia Bond Pricing Agency Tumpal Sihombing melaporkan total volume perdagangan obligasi kemarin turun –12,8% dari Rp6,9 triliun menjadi Rp6,1 triliun.
"Namun demikian, frekuensi perdagangan mengalami kenaikan +4,1% dari 318 transaksi menjadi 331 transaksi," katanya dalam laporan pagi ini 28 Maret 2012.
Obligasi pemerintah teraktif ditransaksikan untuk perdagangan kemarin adalah seri SR004 yang ditransaksikan sebanyak 81 kali transaksi senilai Rp277milliar. SR004 memiliki fair price pada level 101,9169 dan yield 5,64%.
Sementara untuk obligasi korporasi teraktif adalah obligasi Subordinasi Berkelanjutan I Bank Bukopin Tahap I Tahun 2012 (BBKP01SBCN1) yang ditransaksikan sebanyak 10 kali transaksi senilai Rp25 milliar. Obligasi tersebut memiliki rating idA dan kupon 9,25%.
Tumpal menuturkan harga obligasi di semua tenor tertekan sehingga mendorong kenaikan yield-nya. Satu-satunya seri yang berhasil menguat di tengah dominasi pelemahan harga adalah FR0059 yang menguat +5,5 basis poin ke level 106,519.
Rata-rata yield di tenor pendek naik +13,2 basis poin, tenor menengah dan tenor panjang juga mengalami kenaikan +0,7 basis poin dan +2,3 basis poin.
"Kenaikan yield di semua tenor menjadi indikasi bahwa pasar obligasi rupiah sedang menantikan kepastian kenaikan BBM," jelasnya.
Bahkan pada lelang sukuk negara kemarin, total penawaran yang masuk hanya sebesar Rp2,18 triliun, lebih rendah dari lelang sebelumnya..
Dari empat seri project based sukuk (PBS) yang dilelang, pemerintah hanya memenangkan penawaran untuk PBS004 senilai Rp355milliar.
"Sedikitnya lelang yang dimenangkan diperkirakan sebagai akibat tingginya yield yang diminta oleh peserta lelang," tambah Tumpal. (sut)