Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi pada industri perdagangan komoditas berjangka dan derivatif bergerak cepat sejalan perkembangan teknologi informasi global, sekali pencet transaksi bernilai ribuan dolar terlaksana.

Gairah perdagangan juga tercermin dari pertumbuhan volume transaksi di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ), salah satu pasar komoditas dan derivatif yang pertama di Indonesia.
 
BBJ memfasilitasi perdagangan multilateral, antara banyak pembeli dan banyak pedagang, untuk produk komoditas primer. Bursa komoditas itu juga mencatat perdagangan bilateral atau sistem perdagangan alternatif (SPA) yang dilakukan nasabah, difasilitasi pialang, dengan pedagang.
 
Lihat saja, selama 2011 transaksi multilateral di BBJ mencapai 78.506. Meski meningkat 392% dari tahun sebelumnya, jumlah itu masih jauh bila dibandingkan volume transaksi over-the-counter (OTC) atau di luar bursa yang dicatat oleh BBJ sebanyak 7,5 juta lot.
 
Perdagangan OTC derivatif atau transaksi bilateral dan dikenal sebagai sistem perdagangan alternatif (SPA) berupa kontrak foreign exchange (forex) atau valuta asing, stock index, emas loco London (LLG), dan penyaluran amanat luar negeri. Satu lot kontrak forex bernilai 100.000 dari mata uang tersebut.
 
Pada 2011, transaksi LLG mengalami peningkatan tajam hingga 3,3 juta lot, melonjak 759% dibandingkan tahun sebelumya. Pada saat yang sama, transaksi forex dan indeks turun masing-masing 2% dan 23% menjadi 1,5 juta lot dan 2,5 juta lot.
 
Emas menjadi perhatian investor karena merupakan aset safe haven yang aman dari krisis, baik gejolak finansial maupun sosial-politik. Logam mulia ini juga digunakan sebagai standar keuangan, cadangan devisa dan alat pembayaran yang paling utama di beberapa negara.
 
Suluh Wicaksono, Kepala Analis Askap Futures, mengatakan banyak investasi yang bisa dilakukan dalam perdagangan berjangka komoditas, dari minyak, jagung hingga mata uang. Namun, karena pergerakan harga emas yang cepat beberapa tahun terakhir membuat nasabah banyak memilih bertransaksi logam mulia.
 
Risiko Tinggi
 
Berbeda dengan emas fisik, dalam investasi logam berjangka dan derivatif memiliki risiko tinggi sekaligus janji keuntungan berlipat dalam semalam. Ada beberapa tipe investor yang sekaligus menggambarkan tahap kapasitas mereka bermain di pasar ini.
 
Pertama adalah sitting duck, yang bisa diartikan sebagai sasaran empuk karena mereka pendatang baru yang melulu melihat dunia investasi dari sisi profit atau keuntungan. Ini golongan terbanyak dan sering jadi sasaran empuk berbagai penipuan dan korban volatilitas pasar.
 
Ya, perlu ditekankan bahwa investasi pada SPA ini memang keras dan berbahaya. Keuntungan ratusan persen setimpal dengan potensi kehilangan harta yang kita pakai berinvestasi. Pasar forex belum tentu cocok bagi kelas pertama ini.
 
Walking lamb merupakan tahap kedua. Metafora domba yang berjalan menggambarkan pengenalan yang lebih baik terhadap “serigala” dan dapat menjauh ke tempat yang lebih aman. Meski begitu, domba tetaplah domba, belum punya kemampuan menghindar dari terkaman pemangsa, apalagi membalas.
 
Ketiga adalah running pig, alias babi yang berlari. Ya, lucu memang. Seekor babi dapat berlari dengan cepat namun sulit untuk berbelok dan tidak gesit sama sekali. Mereka masih kurang kemampuannya melihat apa yang terjadi di depan.
 
Terakhir, hunting fox. Dari namanya kita bisa tahu, ini kelas yang bisa mendapat keuntungan secara konsisten dari investasi forex, indeks, maupun emas derivatif.
 
Sebelum benar-benar terjun dalam investasi derivatif ini, Anda perlu dibekali dengan ilmu. Banyak penipuan berkedok perdagangan berjangka dan derivatif.
 
Akhir bulan lalu, US Commodity Futures Trading Commission, atau regulator perdagangan berjangka Negeri Paman Sam, mengeluarkan peringatan kepada masyarakat perihal penipuan berkedok perdagangan berjangka.
 
Mereka minta masyarakat untuk mewaspadai tawaran investasi dengan janji-janji keuntungan yang mudah didapat dari kenaikan harga emas, perak, platina, paladium, dan logam berharga lainnya.
 
Bahkan, di Amerika para penipu gencar beriklan di berbagai media besar dari radio, televisi, koran, hingga internet. Hal yang sama juga terjadi di negara-negara berkembang yang sering dijadikan sasaran penipuan karena rendahnya pengetahuan finansial dan lemahnya penegakan regulasi.
 
Dalam UU No. 10 tahun 2011 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi telah mengatur soal iklan atau promosi bisnis berjangka dan derivatif. Bappebti punya kewenangan mengatur iklan yang menyesatkan dan merugikan, dan bisa menuntut pelaku untuk mengganti kerugian sebagai akibat yang timbul dari kegiatan promosi itu.  
 
Karena itu, sebelum Anda terjun pada investasi derivatif, perlu perhatikan beberapa tips berikut.  Pertama, curigai setiap skema investasi yang terlalu bagus untuk dipercaya, seperti memberikan keuntungan tetap. Mereka sering menawarkan laba tinggai, 2% per hari atau 30% sebulan, bahkan banyak yang menawarkan keuntungan selangit.
 
Kemudian, hindari perusahaan yang menjanjikan keuntungan besar bagi dana yang anda investasikan. Selain itu, hindari perusahaan yang menjanjikan tidak ada risiko sama sekali dalam ber-trading forex melalui mereka.
 
Berhati-hatilah untuk setiap proses pembayaran via internet dan tidak melibatkan transfer atarbank. Pastikan Anda mengetahui rekam jejak perusahaan tempat berinvestasi dan cari opini ketiga dari mereka yang pernah berinvestasi di sana.  
 
Nasihat klise dari pelaku pasar ini berguna bagi Anda sebelum kehilangan uang; “investasikan waktu Anda (untuk belajar), sebelum uang Anda.”  (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper