JAKARTA: Grup Danatama, melalui PT Danatama Capital Management, menambah kepemilikan saham di PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) menjadi 21,13% dari sebelumnya hanya 12,5%.
Sekretaris Perusahaan Kertas Basuki Tiur Simamora mengungkapkan Danatama Capital telah membeli saham perseroan dari pemegang saham lain sebanyak 750 juta lembar saham, sehingga jumlah kepemilikan saham Danatama bertambah menjadi 1,84 miliar atau 21,13% dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan.
"Belum kelihatan dibeli dari siapa, kami masih menunggu laporan dari BAE [Biro Administrasi Efek]," katanya hari ini.
Sebelumnya pada akhir tahun lalu, kelompok usaha yang dikendalikan oleh pengusaha Halim Jusuf itu membeli 12,5% saham Kertas Basuki sekaligus mencatatkan diri sebagai pemegang saham baru perseroan.
Selang dua pekan kemudian, giliran PT Lautandhana Securindo yang mencatatkan diri sebagai pemegang saham baru perseroan dengan membeli 427,4 juta saham atau 4,9% saham emiten kertas itu di pasar negosiasi pada harga Rp56 per saham.
Executive Director Investment Banking Danatama Makmur Steffen Fang yang dihubungi Bisnis juga mengaku belum mengetahui detil perihal transaksi penambahan saham yang dilakukan oleh Danatama Capital.
"Saya belum mengetahui informasi detil soal itu karena itu kan divisi investasi yang tahu," katanya.
Meski demikian, menurutnya, Grup Danatama memiliki komitmen tinggi untuk berinvestasi di produsen kertas yang pernah menyandang status sebagai BUMN itu. "Kertas Basuki itu menurut kami memiliki prospek bisnis yang baik ke depannya, nggak mungkin kami investasi kalau prospeknya jelek," jelasnya.
Holding Grup Danatama dioperasikan oleh PT Danatama Perkasa yang membawahi dua anak usaha yakni PT Danatama Makmur dan PT Danatama Capital Management.
Danatama Makmur saat ini ditunjuk oleh manajemen Kertas Basuki sebagai penasehat keuangan dalam rangka mencari pendanaan untuk penyelesaian pembangunan mesin kertas (paper machine) II.
Manajemen Kertas Basuki sebelumnya memprediksi tahun ini perseroan masih akan mengalami rugi bersih seiring belum selesainya pembangunan PM 2. Pengerjaan PM 2 milik Kertas Basuki hingga kini tak kunjung rampung karena ketiadaan dana. Beroperasinya PM 2 diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi kertas perseroan hingga 15 kali lipat dari kemampuan saat ini yang hanya 12.000 ton per tahun.
Oleh karena itu, perseroan kini sedang gencar mencari pinjaman hingga US$60 juta untuk melanjutkan pengerjaan PM 2 dan mendanai beberapa rencana perseroan pada tahun ini.
Direktur Kertas Basuki Theodorus Ito Prawira Jatty mengatakan korporasi sedang menjajaki pinjaman perbankan dan investasi dari mitra strategis untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut.
Menurut Ito, pinjaman perbankan lebih mungkin terealisasi saat ini, sedangkan investasi mitra strategis belum mengalami kemajuan yang berarti. (sut)