Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah kembali terbitkan Surat Utang Negara (SUN) dengan denominasi dollar AS sejumlah US$3 miliar. Hal ini dilakukan untuk kebutuhan pembiayaan anggaran 2019. Penerbitan tersebut lebih rendah dari penerbitan pada akhir tahun 2017 yang sebesar US$4 miliar.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menerbitkan SUN dalam denominasi dolar AS dengan format SEC-registered sebesar US$750 juta untuk tenor 5 tahun, US$1,25 miliar untuk tenor 10 tahun dan US$1,0 miliar untuk tenor 30 tahun. Transaksi penjualan SUN dalam valuta asing ini memperoleh peringkat Baa2 dari Moody's, BBB- dari Standard & Poor's, dan BBB dari Fitch.
Oleh karena itu, sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, Menteri Keuangan menetapkan hasil transaksi penjualan SUN dalam valuta asing berikut ini.
Seri RI0224 dengan nilai US$750 juta bertenor 5 tahun jatuh tempo pada 11 Februari 2024 dengan tingkat kupon 4,45% dan yield 4,48%. Adapun seri RI0229 dengan nilai penawaran US$1,25 miliar bertenor 10 tahun dan jatuh tempo pada 11 Februari 2029 dengan tingkat kupon 4,75% dan yield 4,78%.
Seri RI0249 dengan nilai US$1 miliar bertenor 30 tahun dan jatuh tempo pada 11 Februari 2049 dengan tingkat kupon 5,35% dan yield 5,35%. Penawaran dimulai sejak hari ini 3 Desember 2018 dan tanggal penerbitan atau settlement pada 11 Desember 2018 mendatang.
"Dengan mengambil keuntungan dari kondisi pasar yang kondusif pasca KTT G-20, pemerintah mengakses pasar dolar AS dengan cepat dan berpeluang besar untuk melakukan pre-funding kebutuhan pembiayaan di tahun 2019, sehingga final pricing (yield) untuk masing-masing seri dapat lebih ketat 27 bps, 32 bps dan 27 bps dari initial price guidance," seperti dikutip dari keterangan pers, Selasa (4/12/2018).
Baca Juga
Kesuksesan transaksi ini diklaim sebagai hasil dari konsistensi pemerintah dalam melakukan komunikasi dengan investor dan menggunakan format dokumentasi transaksi yang andal.
Sebagai catatan, transaksi ini adalah penerbitan kedua pemerintah untuk SUN valuta asing dalam denominasi dolar AS menggunakan format SEC-Registered Shelf. Sebelumnya, pada akhir 2017 pemerintah menerbitkan obligasi denominasi dollar menggunakan cara yang sama sebesar US$4 miliar.
"Penerbitan ini menunjukkan komitmen kuat Pemerintah untuk meningkatkan likuiditas SUN dalam denominasi dolar AS," tambahnya. Penerbitan SUN ini akan dicatatkan pada Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.
Adapun Joint Bookrunners dalam penerbitan ini yaitu ANZ, Citigroup, DBS Bank Ltd., Deutsche Bank dan Goldman Sachs (Singapore) Pte sementara PT Bahana Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas dan PT Trimegah Sekuritas lndonesia Tbk. bertindak sebagai Co-Managers.
Direktur Penelitian Core Indonesia, Piter Abdullah menilai akhir tahun ini merupakan waktu yang tepat bagi pemerintah untuk menerbitkan global bond. Menilik sentimen asing terhadap Indonesia yang tengah positif.
Menurutnya guna pembiayaan pada 2019, pemerintah dapat memanfaatkan capital inflow yang tengah terjadi ke Indonesia. "Saya kira pemerintah bisa memanfaatkan kondisi pasar saat ini yang cukup positif dimana aliran modal asing yang masuk cukup besar," jelasnya saat dihubungi Bisnis.
Menurutnya momentum ini sebaiknya dimanfaatkan sekaligus dalam rangka memperkuat rupiah dengan aliran modal asing yang lebih besar.
Namun, Piter mewanti-wanti pemerintah akan adanya kemungkinan rebutan dana atau crowding out antara pemerintah dengan swasta. "Lalu untuk likuiditas perbankan tidak masalah, karena pada akhirnya dana pemerintah dan swasta akan mengalir ke perbankan," katanya.