Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Genjot Kinerja, Emiten Tambang Rame-rame Aksi Akuisisi

Sejumlah emiten tambang berencana melakukan akuisisi untuk memperbesar cadangan dan memacu pendapatan. Hal ini turut didukung membaiknya posisi kas perusahaan.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI
Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten tambang berencana melakukan akuisisi untuk memperbesar cadangan dan memacu pendapatan. Hal ini turut didukung membaiknya posisi kas perusahaan.
Sepanjang 2018, sejumlah emiten pertambangan merampungkan atau melakukan perjanjian dalam rangka akuisisi. Ada tiga emiten yang sudah menyelesaikan aksi korporasi ini, yakni PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), dan PT Harum Energy Tbk. (HRUM).
Sejumlah emiten lainnya yang sudah melakukan perjanjian jual-beli atau pengambilalihan ialah PT United Tractors Tbk. (UNTR),  PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS).
Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, proses akuisisi tambang Kestrel oleh Adaro Energy dengan EMR Capital Ltd dari Rio Tinto secara resmi rampung pada 1 Agustus 2018 dengan nilai US$2,25 miliar. 
"Namun, ditambah biaya-biaya lain seperti administrasi, jumlahnya bertambah menjadi hampir US$2,6 miliar,” ujarnya, Kamis (2/8/2018.)
Setelah transaksi ini dirampungkan, kepemilikan atas Kestrel meliputi Kestrel Coal Resources Pty Ltd  sebesar 80% dan Mitsui Coal Australia 20%. Kestrel Coal Resources Pty Ltd merupakan perusahaan patungan yang dibentuk Adaro dan EMR dengan kepemilikan sejumlah 48% dan 52%.
Komposisi pembayaran disesuaikan dengan kepemilikan saham. Artinya, ADRO membayar US$1,248 miliar dan EMR menyetor US$1,352 miliar.
Presiden Direktur United Tractors Gidion Hasan mengungkapkan, tujuan akuisisi tambang emas Martabe ialah membuat UNTR memiliki portofolio bisnis yang lebih berimbang. Jadi, perusahaan tidak hanya bergantung terhadap bisnis thermal coal.
"Salah satu strategic intention kami dari akuisisi ini adalah memberikan grup UNTR portofolio yang lebih berimbang, tidak hanya bergantung kepada batu bara thermal," tuturnya kepada Bisnis, Kamis (9/8/2018)
Diversifikasi itu dijalankan dengan ekspansi portofolio bisnis ke bidang mineral lainnya, termasuk emas dan batu bara kokas (cooking coal). Perseroan kemudian mendirikan PT Danusa Tambang pada 2015 yang khusus ditujukan untuk melakukan usaha tambang emas.
Manajemen UNTR menyebutkan pihaknya berencana mengakuisisi tambang emas Martabe dari PT Agincourt Resources melalui PT Danusa Tambang. Perjanjiaan pengambilalihan yang ditandatangani pada 8 Agustus 2018 ini mencakup dua transaksi yakni pengambilan 95% saham PT Agincourt Resources senilai US$917,9 juta dan  pemberian pinjaman dari UNTR dan PAMA kepada Agincourt sebesar US$325 juta.
Aksi akuisisi terbaru terungkap pada Jumat (10/8/2018), dimana ITMG melakukan perjanjian jual beli saham (Share Purchase Agreement/ SPA) untuk mengambil alih 100% Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Nusa Perdana Resources (NPR).
Mengutip keterbukaan informasi dari Banpu Public Company Limited di Bursa Efek Thailand (SET), induk usaha perseroan, ITMG menyalurkan dana US$30 juta dari kas internal untuk mengakuisisi NPR. 
Aksi akuisisi ini bertujuan memacu penjualan batu bara sekaligus memaksimalkan utilisasi infrastruktur ITMG di Kalteng. 
Di segmen pertambangan logam, ZINC berencana mengakuisisi proyek pengolahan seng di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Proses pengambilalihan diharapkan rampung pada akhir 2018.
Direktur Keuangan Kapuas Prima Coal Hendra Susanto menyampaikan, dalam mengakuisisi proyel pengolahan seng, perseroan menggandeng Merlion Resources Holding Limited (MRHL). Pada 25 Juli 2018, ZINC bersama MRHL sudah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau MoU sebagai langkah awal.
"Rencananya kami mengambil saham di proyek pemurnian itu 50%, dan MRHL 50%. Namun, karena perlu ada salah satu yang dominan, komposisi sahamnya bisa 52%:48%. Kami berharap bisa menjadi yang dominan," tuturnya.
Sebagai capex awal akuisisi ZINC dan MRHL mengalokasikan dana senilai US$30 juta, yang bersumber dari kas internal. Karena tahapan akuisisi dan pengembangan proyek masih panjang, nilai pendanaan dapat berubah.
Research analyst Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menyampaikan, aksi akuisisi emiten tambang berkaitan dengan masih banyaknya permintaan terhadap komoditas. Oleh karena itu, perusahaan perlu meningkatkan produksi dan juga volume cadangannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper