Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Tembus US$80 Per Barel

Harga minyak akhirnya tembus US$80 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014 setelah persediaan minyak AS berkurang dan fundamental pasar memberikan sentimen bullish pada risiko pasokan dari produsen terbesar ke tiga OPEC Iran.
Harga minyak naik/Ilustrasi
Harga minyak naik/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak akhirnya tembus US$80 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014 setelah persediaan minyak AS berkurang dan fundamental pasar memberikan sentimen bullish pada risiko pasokan dari produsen terbesar ketiga OPEC, Iran.

Pada perdagangan Kamis (17/5/2018) pukul 17.07 WIB tercatat harga minyak Brent berjangka naik 0,90 poin atau 1,1% menyentuh US$80,18 per barel, namun kembali ke posisi US$79,91 per barel, naik 0,63 poin atau 0,79% menjelang musim panas, karena persediaan minyak AS tergelincir selama dua minggu berturut-turut.

Perusahaan Goldman Sachs Group Inc. mengatakan bahwa lonjakan produksi minyak serpih AS tidak bisa menggantikan penurunan potensial pada pengiriman minyak Iran setelah AS kembali memberlakukan sanksi pada negara produsen terbesar ketiga oraganisasi negara pengekspor minyak (OPEC) itu.

Harga minyak telah reli bulan ini ke level tertingginya selama lebih dari 3 tahun setelah presiden AS Donald Trump menarik diri dari pakta 2015 antara Iran dengan AS yang sebelumnya telah mengurangi sanksi pada Republik Islam sebagai imbalan pengurangan program nuklirnya.

Agen Energi Internasional (IEA) mengatakan persediaan minyak global yang selama ini “banjir” telah berkurang banyak setelah OPEC mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi produksi. OPEC telah diberi imbauan bahwa kenaikan harga dapat mengurangi minat konsumsi dan memangkas prediksi pertumbuhan permintaan.

“Kekhawatatiran pasokan menjadi faktor utama setelah AS beranjak dari perjanjian nuklir dengan Iran,” ujar Nobert Ruecker, Kepala Badan Riset Komoditas dan Makro Julius Baer Group Ltd. di Zurich.

“Trader juga khawatir bahwa kilang minyak di China yang menyentuh level tingginya berumur pendek,” kata Ahmad, analis PT Monex Investindo Futures. Sementara itu, kilang minyak China meningkat 12% pada April mendekati level tertinggi tahun ini di kisaran 12,1 juta barel per hari.

Selain harga minyak Brent berjangka, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan sebanyak 0,57 poin atau 0,80% dan diperdagangkan pada US$72,06 per barel. Total volume yang telah diperdagangkan naik 33% di atas rata-rata pergerakan 100 hari.

Perdagangan berjangka Shanghai International Energy Exchange untuk pengiriman September naik 1,9% menjadi 481,9 yuan per barel dan naik selama tiga hari berturut-turut.

Persediaan minyak AS terjun sebanyak 1,4 juta barel pada pekan lalu, sementara produksi domestik AS naik menjadi 10,7 juta barel per hari.

Laporan EIA menjelaskan bahwa momok dari lonjakan produksi AS hingga lebih dari 10 juta barel per hari sejak awal Februari berhasil menahan kenaikan harga dan mengurangi pemangkasan produksi OPEC.

“Persediaan minyak mentah dan bahan bakar membuktikan bahwa permintaan masih dalam keadaan baik di AS,” kata Ahn Yea Ha, analis komoditas di Kiwoom Securities Co., dikutip dari Bloomberg, Kamis (17/5/2018).

Anggota OPEC, termasuk Arab Saudi, Kuwait, dan Uni Emirat Arab, mengatakan telah memiliki kapasitas yang cukup untuk mengisi kekosongan pasokan apabila sanksi terhadap Iran benar-benar akan mempengaruhi ekspor minyak dari Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper