Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Strategi Emiten Genjot Kinerja & Dongkrak Aset

Sejumlah emiten merencanakan merger dan akuisisi sebagai solusi untuk memacu kinerja dan memperbesar aset perusahaan.
Ilustrasi./JIBI
Ilustrasi./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten merencanakan merger dan akuisisi sebagai solusi untuk memacu kinerja dan memperbesar aset perusahaan.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, setidaknya ada 16 emiten yang berencana merealisasikan akuisisi atau merger perusahaan lain pada 2018. Bidang usaha yang mendominasi ialah emiten tambang sebanyak 4 emiten, 4 perusahaan terkait infrastruktur dan bahan bangunan, 3 dari sektor rumah sakit dan farmasi.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menyampaikan, sektor tambang yang mendominasi aksi akuisisi dan merger disebabkan memanasnya harga komoditas dalam dua tahun terakhir. Hal ini menyebabkan perusahaan kakap dapat memacu kinerja, sedangkan perusahaan kecil sudah kehabisan nafas.

Untuk mencari dana segar dan meningkatkan aktivitas oeprasional, perusahaan kecil lebih mudah melakukan merger. Di samping itu, aksi akuisisi dan merger yang dilakukan perusahaan tambang skala besar dapat menambah sumber daya cadangannya dan meningkatkan nilai aset.

“Perusahaan tambang mendapatkan momentum perbaikan harga untuk meningkatkan kinerja sehingga memperluas ekspansi,” ujarnya, Kamis (3/5/2018).

Adapun sektor infrastruktur dan bahan bangunan mendapatkan sentimen positif dari agenda pemerintah yang fokus dalam pengembangan fasilitas. Hal ini mendorong kinerja perusahaan terkait dalam jangka panjang.

Hans menambahkan, kinerja perusahaan rumah sakit terdorong oleh program BPJS kesehatan sehingga masyarakat yang tadinya berobat ke pengobatan alternatif atau puskesmas menjadi lebih nyaman pergi ke RS. Namun, hal itu perlu dibarengi pengembalian yang tepat waktu dari pemerintah.

Vice President Research & Analyst PT Valbury Sekuritas Indonesia Nico Omer Joncheere mengungkapkan, satu perusahaan melakukan akuisisi atau merger dengan berbagai tujuan. Misalnya sinergi untuk menghemat biaya, mengambil merek atau teknologi, dan menambah resources.

“Misalnya Adaro yang mau akuisisi tambang kokas untuk menambah resources,” tuturnya.

Secara keseluruhan, Nico menilai sektor tambang, energi terbarukan, serta rumah sakit dan farmasi masih sangat prospektif ke depannya.

Analis PT OCBC Sekuritas Indonesia Liga Maradona mengatakan, aksi akuisisi atau merger biasanya berdasarkan dua pertimbangan, yakni lebih mudah dan murah untuk menambah atau diversifikasi produk, serta perusahaan yang menjadi mitra memiliki keunikan atau kelebihan tersendiri.

Emiten yang mengakuisisi rumah sakit misalnya, tidak perlu repot-repot memulai pengembangan dari awal dan meraih pasar baru, karena fasilitasnya sudah tersedia. Adapun, di sektor tambang, akuisisi dapat menambah sumber daya untuk meningkatkan produksi.

Terkait bisnis energi baru terbarukan (EBT), dia menilai hal itu sejalan dengan tren global yang beralih ke go green sehingga dapat berkembang dalam jangka panjang. Namun, saat ini masyarakat masih bergantung kepada komoditas energi seperti minyak dan batu bara.

Corporate Secretary PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) Sudin mengungkapkan, perusahaan masih on track untuk mengakuisisi PT Barasentosa Lestari (BSL) rampung sebelum akhir Juni 2018.

Sebelumnya GEMS berencana merampungkan akuisisi BSL pada Oktober 2017. Kemudian, target molor menjadi Maret 2018, dan kini menjadi Juni 2018. Lamanya proses akuisisi disebabkan perseroan membutuhkan perizinan dari dua pihak, yakni induk usaha di Singapura dan pemerintah.

“Dari Kementerian ESDM kita sudah dapat izin pada 27 April 2018. Mudah-mudahan yang dengan induk di Singapura cepat selesai juga. Jadi realisasi [akuisisi] Juni,” tuturnya kepada Bisnis.

GEMS merupakan anak usaha dari Golden Energy & Resources Ltd yang erdaftar di Bursa Efek Singapura. Adapun, BSL adalah perusahaan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) yang memerlukan persetujuan Menteri ESDM.

Perkiraan sumber daya batu bara BSL sebesar 393 juta ton dengan cadangan sejumlah 194,6 juta ton. Berdasarkan penilaian independen, area konsensi tersebut memiliki nilai US$258,5 juta pada 1 April 2017.

Pada 12 Mei 2017, perseroan telah menandatangani conditional share & MCB Purchase Agreement dengan GMR Energy (Netherland) BV dan GMR Infrastruktur (Overseas) Ltd.

Penandatanganan tersebut sehubungan dengan rencana akuisisi 100% saham BSL Group dengan nilai US$59,27 juta dan obligasi wajib konversi BSL Group dengan nilai US$6,37 juta.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper