Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (11/4/2018), setelah mampu terapresiasi pada dua hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.
Rupiah ditutup melemah 0,06% atau 8 poin di Rp13.759 per dolar AS, setelah dibuka terdepresiasi tipis 1 poin atau 0,01% di Rp13.752 per dolar AS. Pada perdagangan Selasa (10/4), rupiah berakhir terapresiasi 10 poin atau 0,07% di posisi 13.751.
Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.742 – Rp13.767 per dolar AS.
Sementara itu, yen Jepang yang terapresiasi 0,21% memimpin penguatan sejumlah mata uang di Asia, sedangkan rupee India yang terdepresiasi 0,34% pada pukul 17.08 WIB memimpin pelemahan beberapa lainnya.
Dilansir Bloomberg, mata uang Asia bergerak variatif saat sentimen meredanya tensi perdagangan Amerika Serikat-China diimbangi dengan tanda-tanda kemungkinan rencana AS menyerang Suriah.
Padahal pasar finansial sebelumnya ditopang sentimen apresiasi yang disampaikan Presiden Donald Trump terhadap pidato Presiden China Xi Jinping.
AS dikabarkan mengintensifkan persiapan untuk menanggapi serangan yang diduga dilancarkan menggunakan gas kimia di Suriah. Hal ini terlihat dari langkah Trump berunding dengan aliansinya di Eropa serta dengan membatalkan perjalanannya ke Amerika Selatan.
“Pasar harus terus mencerna langkah positif terbaru ini, bukan hanya pidato Xi tetapi juga respons Trump semalam,” kata Dushyant Padmanabhan, currency strategist di Nomura, seperti dikutip Bloomberg.
Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melandai 0,11% atau 0,095 poin ke level 89,492 pada pukul 16.57 WIB.
Sebelumnya indeks dolar dibuka turun tipis 0,003 poin di level 89,584, setelah pada perdagangan Selasa (10/3) berakhir melemah 0,28% atau 0,251 poin di posisi 89,587.
Koreksi dolar AS dipengaruhi keraguan tentang apakah perselisihan perdagangan antara AS dan China benar-benar telah mereda setelah pidato Presiden Xi Jinping pada Selasa (10/4) memulihkan daya tarik aset berisiko.
“Apa yang Presiden Xi benar-benar katakan tidak jauh berbeda dengan pidato-pidato sebelumnya yang ia sampaikan, artinya kata-kata ini perlu diubah menjadi tindakan,” kata Michael Hewson dari CMC Markets, dikutip Reuters.
Investor selanjutnya menantikan data inflasi AS. Analis dalam survei Reuters memproyeksi indeks harga konsumen inti (CPI) tidak akan berubah secara year-on-year pada Maret.