Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gapki: Ekspor CPO Terkendala Pelemahan Permintaan China & Uni Eropa

Gapki melaporkan pada awal 2018 pasar minyak sawit global sudah cukup prospektif, terefleksi dari harga yang terus naik pada dua pekan pertama tahun ini pada kisaran US$675US$697,5/metrik ton. Namun, pada pekan ketiga dan keempat harga cenderung menurun hingga ke level US$652,5/metrik ton. Pemicunya adalah lemahnya permintaan di pasar global, khususnya dari China dan Uni Eropa.
Tandan buah segar sawit/jibi
Tandan buah segar sawit/jibi

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan ekspor minyak sawit saat ini terkendala oleh pelemahan permintaan China dan Uni Eropa.

Sekretaris Jenderal Gapki Togar Sitanggang mengungkapkan pada awal 2018 pasar minyak sawit global sudah cukup prospektif, terefleksi dari harga yang terus naik pada dua pekan pertama tahun ini pada kisaran US$675—US$697,5/metrik ton. Namun, pada pekan ketiga dan keempat harga cenderung menurun hingga ke level US$652,5/metrik ton. Pemicunya adalah lemahnya permintaan di pasar global, khususnya dari China dan Uni Eropa.

Pada Januari 2018 ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia dan produk turunannya termasuk biodiesel dan oleochemical hanya mampu terkerek 4% menjadi 2,74 juta ton dibandingkan Desember 2017.

“Pada Desember 2017 permintaan dari China mencapai 362.500 ton, tetapi melorot menjadi 307.490 ton pada Januari 2018. Hal itu dipicu persediaan minyak kedelai yang melimpah di China untuk konsumsi soymeal pada industri peternakan di negara tersebut,” kata Togar dalam laporan yang dirilis, Senin (12/3/2018).

Penurunan permintaan minyak sawit Indonesia juga diikuti oleh Uni Eropa sebesar 8% atau dari 437,94 ribu ton pada Desember 2017 turun menjadi 404,22 ribu ton pada Januari 2018. Hal yang sama diikuti oleh negara-negara Timur Tengah yang membukukan penurunan 31% dan Afrika 10%.

Sementara itu, permintaan dari India naik sangat tipis yaitu hanya 1% atau dari 593,25 ribu ton di Desember 2017 naik menjadi 598,35 ribu ton di Januari 2017. Kenaikan permintaan yang siginfikan dicatatkan oleh Amerika Serikat (AS) sebesar 68%, atau dari 115,29 ribu ton pada Desember lalu meningkat menjadi 193.47 ribu ton pada Januari 2018.

“Tuduhan dumping biodiesel terhadap Indonesia sepertinya tidak mempengaruhi permintaan minyak sawit Negeri Paman Sam ini,” jelasnya. Kenaikan permintaan minyak sawit dari Indonesia juga dicatatkan oleh Bangladesh sebesar 244% dan Pakistan ikut membukukan kenaikan sebesar 3%.

Di sektor biodiesel, serapan biodiesel di dalam negeri pada Januari ini mencatatkan kenaikan 14% atau dari 191.000 ton di Desember lalu naik menjadi 218.000 ton pada Januari 2018. Serapan biodiesel di dalam negeri masih konsisten tiap bulannya meskipun ada fluktuasi.

Dari sisi produksi, pada Januari ini produksi minyak sawit Indonesia membukukan penurunan 10% atau dari 3,8 juta ton pada Desember lalu turun menjadi 3,4 juta ton pada Januari ini. “Penurunan produksi ini merupakan kejadian biasa karena memang Musim Panen Raya telah berakhir,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper