Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Anjlok 7 Sesi Beruntun, Rupiah Bakal Kembali ke Rp13.500-an

Mata uang rupiah berpeluang menguat ke level Rp13.580 per dolar AS pada pekan depan jika dana investor asing kembali ke pasar uang Indonesia.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah berpeluang menguat ke level Rp13.580 per dolar AS pada pekan depan jika dana investor asing kembali ke pasar uang Indonesia.

Pada penutupan perdagangan Jumat (9/2/2018), rupiah melesu 0,17% atau 23 poin menjadi Rp13.628 per dolar AS. Adapun, kurs tengah BI dipatok Rp13.643 per dolar AS.

Pencapaian tersebut menunjukkan rupiah meluncur 7 sesi beruntun dan mencapai level terendah sejak 2 Juni 2016 di posisi Rp13.643 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah melemah 1,31%. Adapun sepanjang 2017, mata uang domestik terkoreksi 0,54%.

Senior Research and Analyst Asia Trade Point Futures (ATPF) Andri Hardianto menyampaikan, koreksi rupiah didominasi faktor eksternal dari Amerika Serikat. Pada awal pekan ini, mata uang domestik tertekan penguatan dolar AS akibat positifnya data tenaga kerja Paman Sam yang dirilis Jumat (2/2/2018) lalu.

Pada perdagangan Jumat lalu pukul 18.52 WIB, indeks dolar AS (DXY) naik 0,23% menjadi 90,433. Ini menjadi level tertinggi sejak 19 Januari 2018 di posisi 90,572.

Adapun, pada pertengahan pekan, rupiah kembali tertekan akibat adanya gejolak di Wall Street yang mengalami aksi jual besar-besaran. Situasi ini membuat pasar panik, sehingga turut memicu aksi jual di pasar negara berkembang seperti Indonesia.

"Adanya kenaikan ekspetasi pengerekan suku bunga AS mendorong pelaku pasar melakukan aksi jual dan memindahkan dana ke pasar obligasi. Hal ini memicu aksi jual di emerging market termasuk indonesia, sehingga berakibat adanya capital outflow dari pasar domestik," ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (9/2/2018).

Sebetulnya rupiah sempat menguat pada perdagangan akhir pekan seiring dengan mencuatnya kembali isu governtment shutdown di AS. Pasalnya, anggaran belanja Paman Sam belum disetujui kongres.

"Jadi selama sepekan ini didominasi sentimen eksternal. Sentimen domestik sama sekali tidak dihiraukan oleh pasar di tengah gejolak dan respon panik pelaku pasar," paparnya.

Pada pekan depan, sambung Andri, jika aksi jual Wall Street mereda dan pasar obligasi global mengalami koreksi, rupiah berpeluang menguat. Alasannya, kondisi tersebut membuat dana asing kembali ke pasar uang domestik.

Jika dana asing yang masuk belum normal, ada potensi rupiah kembali melemah. Namun, BI bisa saja melakukan intervensi pasar. Oleh karena itu, Andri memprediksi pada pekan depan rupiah bergerak di dalam rentang Rp13.580 - Rp13.650 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper