Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dorong Produksi Seng, Biaya Peleburan Tahun 2018 Diprediksi Lebih Rendah

Masalah Treatment Charge ini akan dibahas antara pabrik peleburan dan penambang utama dalam konferensi tahunan Asosiasi Seng Internasional pada 11 Februari mendatang di Carlsbad, California.
Seng. /sciencemadness.wikia.com
Seng. /sciencemadness.wikia.com

Bisnis.com, JAKARTA – Seiring dengan terjadinya krisis pasokan tambang yang terjadi sekitar 3 tahun, pabrik peleburan seng ditetapkan akan menanggung biaya yang lebih rendah untuk memproses konsentrat menjadi logam.

Menurut survei Reuters terhadap empat pedagang dan sumber analis, penambang membayar pabrik peleburan atau Treatment Charge (TC) kemungkinan akan turun setidaknya 13% menjadi sekitar US$140—US$150 per ton untuk kontrak berjangka 2018, dari sekitar US$172 per ton pada tahun 2017 lalu.

Masalah Treatment Charge ini akan dibahas antara pabrik peleburan dan penambang utama dalam konferensi tahunan Asosiasi Seng Internasional pada 11 Februari mendatang di Carlsbad, California.

Biaya yang lebih rendah sebenernya membebani smelter, seperti Nyrstar Belgia atau seng Korea yang sudah bergulat dengan margin keuntungan yang tipis. Namun mereka akan menawarkan dorongan lebih lanjut untuk para penambang seperti Canada’s Teck Resources yang telah mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga seng global.

“Kami perkirakan Treatment Charge di tahun ini sebesar US$150 per ton karena konsentrat masih sangat ketat,” kata analis Dina Yu, Consultancy CRU Group di Beijing.

Sebagai informasi, pada tahun lalu pasar seng telah mengalami defisit sebanyak 398.000 ton dengan pertumbuhan harga lebih dari 20%. Hal itu mengindikasikan adanya penguatan bullish pada pasar seng seiring dengan faktor fundamental dari segi pasokan yang ketat dan permintaan yang meningkat.

“Kami pikir harga masih naik di kuartal II/2018, lalu akan mundur pada kuartal III/2018 karena pemulihan konsentrat seng dan stok logam,” lanjutnya.

International Lead and Zinc Study Group (ILZSG) memperkirakan defisit logam olahan sebesar 223.000 ton pada tahun ini. Angka defisit ini lebih rendah dari defisit tahun lalu yang menandakan bahwa pasokan kemungkinan akan meningkat dengan dorongan dari berkurangnya biaya Treatment Charge.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper