Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saudi-Rusia Isyaratkan Kesepakatan Berlanjut, Brent Menguat

Harga minyak mentah ditutup menguat setelah Arab Saudi dan Rusia mengisyaratkan pemangkasan produksi dapat diperpanjang hingga 2019, yang pada awalnya mengkhawatirkan pelaku pasar bahwa usaha mereka tidak berjalan dengan baik.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah ditutup menguat setelah Arab Saudi dan Rusia mengisyaratkan pemangkasan produksi dapat diperpanjang hingga 2019, yang pada awalnya mengkhawatirkan pelaku pasar bahwa usaha mereka tidak berjalan dengan baik.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari, yang berakhir Senin, ditutup menguat 0,2% atau 0,12 poin ke level US$63,49 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 13% di bawah rata-rata 100 hari. Adapun kontrak Maret menguat 0,26 poin ke US$63,57.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Maret menguat 0,42 poin ke level US$69,03 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Brent diperdagangkan dengan harga premium US$5,46 dibanding WTI kontrak Maret.

Dilansir Bloomberg, Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al-Falih mengatakan produsen harus tetap membatasi output sepanjang tahun ini dan mungkin hingga 2019, sebelum persediaan dan permintaan mencapai keseimbangan.

Dalam wawancara yang sama, Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan Rusia siap untuk memperpanjang kesepakatan dengan OPEC, bahkan setelah kesepakatan mereka berakhir pada akhir 2018.

Komentar tersebut muncul setelah minyak mentah berjangka mencatat penurunan mingguan pertama mereka dalam satu bulan, karena kekhawatiran harga yang lebih tinggi dapat memacu peningkatan aktivitas pengeboran minyak shale di AS.

“Mereka (Arab Saudi dan Rusia) menegaskan kembali apa yang telah kita ketahui. Namun, dengan OPEC terus mengelola pasokan dan menyeimbangkan pasar jangka panjang, hal tersebut merupakan sentiment positif," kata Michael Loewen, analis komoditas di Scotiabank, seperti dikutip Bloomberg.

Komentar Al-Falih tentang kapan pasar dapat menyeimbangkan kembali membuat beberapa orang percaya bahwa kesepakatan tersebut mungkin tidak akan cukup memperketat persediaan.

“Pembatasan produksi jelas tidak bekerja dengan baik jika membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai tujuan tersebut," ungkap John Kilduff, seorang partner di Again Capital LLC.

“Pernyataan mereka adalah usaha untuk mencoba dan berbicara di pasar tapi saya tidak yakin bahwa itu tidak menjadi bumerang sampai tingkat tertentu," lanjutnya.

Sementara itu, di AS, cadangan minyak mentah diperkirakan menyusut 2,5 juta barel pekan lalu, menurut perkiraan median analis yang disurvei oleh Bloomberg. Angka ini akan menjadi penurunan 10 minggu berturut-turut di tengah pemeliharaan kilang yang biasanya berlangsung sampai Maret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper