Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Tertekan Saham General Electric & Harga Minyak

Tiga indeks saham acuan di bursa Wall Street berakhir melemah pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah saham General Electric merosot untuk hari kedua berturut-turut serta penurunan harga minyak memukul saham energi.
Wallstreet/Reuters
Wallstreet/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Tiga indeks saham acuan di bursa Wall Street berakhir melemah pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah saham General Electric merosot untuk hari kedua berturut-turut serta penurunan harga minyak memukul saham energi.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,13% atau 30,23 poin di level 23.409,47. Adapun indeks S&P 500 melemah 0,23% atau 5,97 poin di 2.578,87 dan indeks Nasdaq Composite ditutup melemah 0,29% atau 19,72 poin di level 6.737,87.

Dilansir Reuters, saham General Electric (GE) merosot 5,9% menjadi US$17,90 dalam volume harian terbesar dalam dua tahun saat investor bertanya-tanya apakah perombakan besar-besaran terhadap perusahaan oleh CEO John Flannery akan cukup untuk menghidupkan kembali konglomerat industri.

Saham GE bahkan menyentuh US$17,46, level terendahnya dalam hampir enam tahun.

Sementara itu, saham energi mengalami penurunan terbesar di antara 11 sektor S&P 500 setelah harga minyak mencatatkan penurunan terbesar dalam satu bulan.

International Energy Agency (EIA) memproyeksikan kenaikan produksi minyak mentah AS dan memperkirakan prospek suram untuk pertumbuhan permintaan global.

Saham Exxon turun 0,8% dan ConocoPhillips merosot 2,5%, sedangkan sektor energi S&P 500 turun 1,5%, penurunan terbesar dalam lebih dari empat bulan.

Di sisi lain, sektor utilitas dan barang konsumen, sektor yang memberi dividen cukup tinggi, menjadi perfoma terbaik. Utilitas naik 1,2% dengan kenaikan sebesar 2,4% sejak penutupan hari Jumat, kenaikan persentase dua hari terbesar sejak akhir Februari.

“Orang-orang mencari imbal hasil di seluruh dunia sehingga berpotensi ada arus asing yang masuk ke proxy obligasi,” kata Paul Zemsky, chief investment officer Multi-Asset Strategies and Solutions di Voya Investment Management, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (15/11/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper