Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Koreksi, Perbankan Tetap Tambah Kepemilikan di SBN

Kalangan perbankan masih tetap konsisten menambah kepemilikannya terhadap instrumen Surat Berharga Negara atau SBN tradeable selama sebulan belakangan, kendati sentimen global menyebabkan pasar obligasi dalam negeri tertekan.
SURAT UTANG NEGARA
SURAT UTANG NEGARA

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan perbankan masih tetap konsisten menambah kepemilikannya terhadap instrumen Surat Berharga Negara atau SBN tradeable selama sebulan belakangan, kendati sentimen global menyebabkan pasar obligasi dalam negeri tertekan.

Berdasarkan data DJPPR Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga Selasa (10/10) bank masih konsisten menambah kepemilikannya pada SBN tradeable. Bank menjadi pengimbang pasar yang melakukan aksi beli di saat asing terus mengurangi kepemilikannya pada SBN tradeable.

Sepanjang bulan ini, kepemilikan institusi perbankan pada SBN tradeable sudah bertambah Rp18 triliun atau meningkat 3,1% menjadi Rp599,69 triliun. Di saat yang sama, asing mengurangi kepemilikannya Rp10,71 triliun atau turun 1,3% menjadi Rp808,66 triliun. Pada periode tersebut, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) turun 0,37%.

Bank masih menjadi institusi yang paling stabil dan konsisten menambah kepemilikannya pada instrumen SBN tradeable sepanjang tahun ini, kendati pasar akhir-akhir ini tertekan.

Bila diukur sepanjang tahun berjalan, kepemilikan bank pada SBN tradeable sudah bertambah Rp200,23 triliun atau meningkat 50,13% dibandingkan akhir tahun lalu , atau dari Rp399,46 triliun menjadi Rp599,69 triliun.

Pertumbuhan kepemilikan bank pada SBN tradeable tahun ini juga lebih cepat dibandingkan tahun lalu yang hanya 31% secara year on year.

Bila dibandingkan dengan institusi lainnya, termasuk asing, pertumbuhan kepemilikan perbankan pada SBN tradeable jauh lebih cepat tahun ini. Padahal, institusi lain, terutama lembaga keuangan non bank sudah diwajibkan oleh pemerintah untuk meningkatkan porsi invetasi mereka pada instrumen SBN.

Sepanjang tahun ini, kepemilikan reksadana hanya meningkat Rp13,93 triliun atau 16,26%, sementara LKNB yakni asuransi tumbuh 21,64 triliun atau 9,08% dan dana pensiun tumbuh 850 miliar atau 0,97%.

Ramdhan Ario Maruto, associate director fixed income Anugrah Sekuritas Indonesia, fungsi intermediary bank selama ini masih belum optimal. Di sisi lain, bank melihat instrumen SBN ini semakin menguntungkan dengan resiko yang minim sebab dijamin pemerintah.

Sepanjang tahun ini pertumbuhan harga SBN memang cukup signifikan, sehingga koreksi yang terjadi akhir-akhir ini tidak begitu berarti dibandingkan keuntungan peningkatan harga sejak awal tahun ini. ICBI sepanjang tahun ini sudah tumbuh 13,11%.

Di sisi lain, seiring makin aktif pulanya institusi lain seperti LKNB, likuiditas di pasar SBN semakin tinggi sehingga membuka potensi peningkatan harga yang relatif lebih cepat. Alhasil, lebih mudah dan menguntungkan bagi bank untuk memutar dananya melalui investasi di SBN dibandingkan melalui kucuran kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper