Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahana Sekuritas: Saham Sektor Tembakau Netral. Ini Rekomendasi dan Target Harga

Perang kenaikan harga rokok di industri tembakau Indonesia dinilai mulai mereda seiring keluarnya produk baru dengan harga bersaing
Ilustrasi: Warga melintas di depan kantor pusat pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk di Kediri, Jawa Timur, Selasa (30/8)./Antara-Prasetia Fauzani
Ilustrasi: Warga melintas di depan kantor pusat pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk di Kediri, Jawa Timur, Selasa (30/8)./Antara-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, JAKARTA -- Perang kenaikan harga rokok di industri tembakau Indonesia dinilai mulai mereda seiring keluarnya produk baru dengan harga bersaing. Itu terjadi memasuki paruh kedua tahun ini

Empat pemain besar di industri ini yang gencar mengeluarkan produk baru sejak pertengahan 2015 hingga 2016, secara perlahan menahan harga karena kenaikannya sudah terlalu tinggi.

Menurut PT Bahana Sekuritas, ada sejumlah hal yang menguntungkan industri tembakau pada tahun depan, yang juga masih disertai beberapa risiko yang patut dicermati.

Dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2018, terlihat rencana kenaikan cukai tidak akan setinggi tahun ini.

Bila pada tahun ini rata-rata kenaikan cukai rokok sekitar 10% -11%, maka pada tahun depan kenaikancukai bakal berada pada kisaran 7% - 9%.

‘'Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata kenaikan cukai rokok lebih tinggi dari kenaikan inflasi, bila tahun depan kenaikan cukai rokok tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya, akan memberi dampak positif bagi industri rokok, '' ungkap analis Bahana Michael Setjoadi, seperti dikutip dalam keterangan resmi, diterima Kamis (12/10/2017).

''Namun disisi lain, pemerintah semakin ketat mengatur iklan rokok yang bisa tayang di televisi atau pun di tempat umum, ditambah lagi larangan merokok di tempat umum semakin digencarkan,'' tambahnya.

Sekuritas milik negara ini memperkirakan volume penjualan rokok tahun depan masih akan mengalami kontraksi sekitar 1-1,5%, dibandingkan penjualan tahun ini yang diperkirakan turun sebesar 1,5%.

Volume produksi rokok diperkirakan akan mencapai 318,8 miliar batang pada tahun depan, naik dibandingkan perkiraan volume produksi tahun sebelumnya sekitar 315,6 miliar batang.

Dari empat pemain besar di industri tembakau Indonesia, Bahana merekomendasikan beli untuk saham PT Gudang Garam. Rekomendasi itu didasarkan  proyeksi pada tahun depan daya beli masyarakatakan kembali pulih, khususnya masyarakat menengah ke bawah.

Seperti diketahui, kelompok masyarakat tersebut pada umumnya adalah target pasar perusahaan yang berkode saham GGRM ini.

Salah satu hal yang menolong pulihnya daya beli masyarakat adalah perhelatan pilkada dan  kampanye pemilihan presiden yang diperkirakan dimulai pada paruh kedua tahun depan.

Pilkada diperkirakan meningkatkan konsumsi untuk wilayah di luar kota.

Lebih rendahnya kenaikan cukai rokok pada tahun depan akan lebih menguntungkan bagi Gudang Garam sehingga laba bersih diperkirakan naik sebesar 6% menjadi Rp 7,25 triliun dari perkiraan laba bersih sepanjang 2017 sekitar Rp 6,85 triliun

Bahana memperkirakan GGRM akan diperdagangkan sebesar 17,6 x PE pada 2018, dibandingkan dengan kompetitornya Sampoerna yang diperkirakan diperdagangkan sebesar 34,9 x PE pada tahun depan.

Target harga GGRM oleh Bahana ditempatkan pada posisi Rp 79.000/lembar.

Sementara itu, PT HM Sampoerna masih akan meluncurkan beragam produk baru dengan target pasar berbeda. Saat ini keberadaan produk A Mild menyasar pasar premium, produk U Mild untuk masyarakat menengah.

Sedangkan Magnum Mild yang baru saja diperkenalkan ke pasar untuk menyasar masyarakat menengah ke bawah.

Perusahaan berkode saham HMSP ini cukup efisien karena satu mesin produksi dapat digunakan untuk memproduksi beragam produk. Itu dimungkinkan karena HMSP membuat kemasan rokok yang sama untuk semua produk. Berbeda dengan Gudang Garam yang memiliki satu mesin untuk setiap produknya.

Anak usaha Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini memperkirakan laba bersih HMSP hanya naik sekitar 1% menjadi Rp 12,87 triliun pada 2018, dari laba bersih tahun iniyang diperkirakan mencapai Rp 12,76 triliun.

Bahana merekomendasikan beli dengan target harga Rp 4.200/lembar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper