Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Pajak Impor CPO India Hanya Berpengaruh dalam Jangka Pendek

Meningkatnya pajak impor minyak kelapa sawit di India sebesar 100% diperkirakan hanya memengaruhi pasar dalam jangka pendek. Pasalnya, Negeri Hindustan hanya dapat memenuhi kebutuhan minyak sawit melalui impor.
Ilustrasi/jibiphoto
Ilustrasi/jibiphoto

Bisnis.com, JAKARTA—Meningkatnya pajak impor minyak kelapa sawit di India sebesar 100% diperkirakan hanya memengaruhi pasar dalam jangka pendek. Pasalnya, Negeri Hindustan hanya dapat memenuhi kebutuhan minyak sawit melalui impor.

Pada penutupan perdagangan Senin (21/8/2017), harga CPO di bursa Malaysia kontrak teraktif November 2017 naik 30 poin atau 1,12% menuju 2.711 ringgit (US$632,20) per ton. Sepanjang tahun berjalan harga terkoreksi 16%.

JP Morgan dalam risetnya menyampaikan, rerata harga CPO pada 2017 mencapai level 2.600 ringgit (US$610) per ton. Pada semester I/2017, rerata harga masih kuat di level 2.940 ringgit (US$670) per ton, tetapi cenderung tertekan pada semester II/2017 menjadi 2.430 ringgit (US$570) per ton.

Sentimen utama yang menekan harga ialah pemulihan produksi CPO di Indonesia dan Malaysia seiring dengan membaiknya cuaca dari gejala El Nino. Penambahan pasokan diperkirakan berlangsung sampai tahun depan, sehingga rerata harga CPO pada 2018 merosot ke 2.500 ringgit (US$590) per ton.

Dalam jangka pendek, pasar CPO mendapatkan sentiment negatif dari meningkatnya pajak impor India. Pada Jumat (11/8/2017), Kementerian Keuangan India mengumumkan bea masuk CPO naik menjadi 15% dari sebelumnya 7,5%.

Setali tiga uang, pajak impor minyak sawit olahan (refined palm oil) juga meningkat menjadi 25% dari 15%. Sebelumnya kebijakan bea masuk 7,5% untuk CPO dan 15% bagi minyak sawit olahan berlaku sejak 23 September 2016.

“Dampak penaikkan bea impor CPO India dapat memengaruhi harga dalam jangka pendek,” papar riset Morgan yang dikutip Bisnis.com, Senin (21/8/2017).

Dalam jangka panjang, penaikkan pajak impor tidak akan terlalu memengaruhi karena kebutuhan CPO India masih tinggi. Selain itu, pemerintah setempat kerap melakukan intervensi pasokan minyak sawit dan minyak nabati lainnya melalui kebijakan pajak sejak 2013.

Kenaikan pajak impor CPO sempat membuat pelaku usaha was-was, karena India merupakan importir terbesar di dunia. Berdasarkan data World Bank, pada musim 2016-2017 (September 2016—Oktober 2017) Negeri Hindustan mengonsumsi 9,35 juta ton, atau 15,17% dari total penyerapan global sejumlah 61,62 juta ton.

Menurut CARE Ratings, satu-satunya minyak nabati yang tidak diproduksi di India ialah CPO. Alhasil pemenuhan kebutuhan CPO hanya bisa melalui impor.

Pada musim 2015-2016, impor minyak nabati India mencapai 14,5 juta ton. Dari jumlah tersebut, pengapalan masuk CPO berkontribusi 57,72%.

Solvent Extractors’ Association of India (SEA) menyampaikan penaikkan bea masuk CPO bertujuan membendung penurunan harga minyak nabati mentah di dalam negeri. Sentimen ini membuat impor melonjak pada bulan lalu karena pembeli mengantisipasi kenaikan harga akibat pajak.

SEA mencatat impor CPO India pada Juli 2017 naik 44% year on year (yoy) menjadi 820.115 ton. Secara total, volume pengapalan masuk minyak nabati pada bulan lalu tumbuh 34% yoy menuju 1,52 juta ton.

Lonjakan impor mendorong stok minyak nabati per 1 Agustus 2017 mencapai 2,47 juta ton yang menjadi level tertinggi sejak Januari 2016. Jumlah tersebut diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri selama 42 hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper