Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Asia, Outstanding Obligasi Korporasi Indonesia Masih Terbilang Rendah

Penerbitan obligasi korporasi di Indonesia yang setara dengan 2,51% dari produk domestik bruto (PDB) masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia.
Komisaris Utama PT Bank Mandiri Taspen Pos Abdul Rachman (kiri), Direktur Utama PT Bank Mandiri Taspen Pos Josephus K. Triprakoso (tengah), dan Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat (kanan) berbincang saat acara Pencatatan Perdana Obligasi Bank Mandiri Taspen Pos di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (12/7)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Komisaris Utama PT Bank Mandiri Taspen Pos Abdul Rachman (kiri), Direktur Utama PT Bank Mandiri Taspen Pos Josephus K. Triprakoso (tengah), dan Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat (kanan) berbincang saat acara Pencatatan Perdana Obligasi Bank Mandiri Taspen Pos di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (12/7)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA--Penerbitan obligasi korporasi di Indonesia yang setara dengan 2,51% dari produk domestik bruto (PDB) masih tertinggal dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia.

Berdasarkan data Asian Bond Online, outstanding obligasi korporasi Indonesia mencapai US$23 miliar pada 2016. Dari sisi nominal, jumlah obligasi korporasi yang beredar di pasar modal Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan outstanding di Filipina dan Vietnam yang tercatat sebesar US$18 miliar dan US$2 miliar.

Namun, emisi obligasi korporasi Indonesia tertinggal jauh dari Hongkong, Malaysia, Singapura, dan Thailand yang nilainya sekitar US$80 miliar-118 miliar. Di Asia, dua negara yang outstanding obligasi korporasinya tercatat paling besar, yakni Korea Selatan sebesar US$1,01 triliun dan China US$2,15 triliun.

Dibandingkan dengan PDB nasional Indonesia pada 2016, outstanding obligasi korporasi hanya setara dengan 2,51%. Indonesia berada di posisi terendah kedua setelah Vietnam.

Salyadi Saputra, Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), mengatakan rendahnya porsi outstanding obligasi korporasi mengindikasikan sektor riil masih mengandalkan bank untuk memperoleh modal kerja atau dana investasi. Pasalnya, outstanding obligasi korporasi di Indonesia hanya 7,5% dari total kredit perbankan.

Kendati begitu, outstanding obligasi korporasi naik rerata 12,9% dalam satu dekade terakhir. Pada 2007, nilainya tercatat baru sebesar US$8,42 miliar lantas meningkat ke rekor tertinggi US$23 miliar pada tahun lalu.

"Pendanaan dari obligasi korporasi lebih didominasi oleh pendanaan jangka pendek dan menengah. Ini berbeda dengan sejumlah negara Asia yang menjadi peers," kata Salyadi, Senin (24/7).

Pefindo mencatat obligasi korporasi Indonesia yang diterbitkan dengan tenor 1-3 tahun mencapai 53,2%, tenor 3-5 tahun 27,4%, tenor 5-10 tahun 18,0%, dan lebih dari 10 tahun hanya 1,4%.

Sepanjang tahun ini, emisi corporate bond dengan tenor 7 dan 10 tahun cenderung meningkat dibandingkan dengan kondisi empat tahun terakhir. Pada Januari-Juni 2017, emisi obligasi korporasi tenor 7 tahun sebesar 17,6% dan 10 tahun 13% dari total emisi yang tercatat sebesar Rp57,3 triliun.

Sebagai perbandingan, mayoritas obligasi korporasi di Filipina diterbitkan dengan tenor 5-10 tahun. Adapun di Malaysia, porsi obligasi korporasi tenor 5-10 tahun sebesar 36% dan tenor lebih dari 10 tahun sebesar 34,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper