Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERTEMUAN OPEC: Nigeria dan Libya Tidak Masuk Agenda Pembahasan

Pembatasan produksi minyak oleh Nigeria dan Libya dikabarkan tidak akan menjadi salah satu pokok pembahasan dalam pertemuan OPEC dan sejumlah produsen pada hari ini

Bisnis.com, JAKARTA – Pembatasan produksi minyak oleh Nigeria dan Libya dikabarkan tidak akan menjadi salah satu pokok pembahasan dalam pertemuan OPEC dan sejumlah produsen pada hari ini.

Menurut sumber terkait, kedua negara Afrika tersebut berdalih bahwa mereka harus terus memompa minyak pada tingkat yang lebih tinggi sebelum dapat berpartisipasi dalam upaya global untuk membendung kelebihan pasokan.

Nigeria disebutkan siap untuk menutup atau bahkan mengurangi pasokan jika bisa mempertahankan produksinya sebesar 1,8 juta barel per hari (bph). Adapun Libya tidak berencana bergabung dalam segala bentuk kesepakatan pembatasan produksi hingga jumlah produksinya mencapai target 1,25 juta bph pada bulan Desember.

Kedua anggota OPEC tersebut dibebaskan dari kesepakatan pemangkasan produksi, yang mulai berlaku pada Januari tahun ini, karena harus berjuang untuk memulihkan produksi di tengah konflik internal.

Peningkatan produksi baik oleh Nigeria maupun Libya dalam beberapa bulan terakhir telah mendorong spekulasi bahwa OPEC dapat berupaya membatasi produksi kedua negara itu demi membantu menstabilkan pasar minyak.

Harga minyak mentah Brent telah turun 15% tahun ini karena kekhawatiran bahwa kenaikan produksi dari Nigeria dan Libya, dan juga Amerika Serikat (AS), mengacaukan upaya pemangkasan produksi OPEC yang telah diperpanjang hingga Maret 2018.

Sejumlah produsen minyak mentah dunia, termasuk Arab Saudi dan Rusia, dijadwalkan bertemu hari ini waktu setempat di St. Petersburg, Rusia, untuk menilai progres kesepakatan pemangkasan produksi.

Para utusan negara akan membahas sejumlah cara untuk mengakomodasi pulihnya produksi di Libya dan Nigeria. Dalam pembicaraan pada hari Sabtu, utusan Libya mengatakan kepada pihak komite OPEC dan non-OPEC bahwa negara tersebut akan berjuang untuk mencapai dan mempertahankan produksi sebesar 1,25 juta bph, setidaknya selama sepanjang sisa tahun ini.

OPEC menyatakan bahwa Menteri Energi Saudi Khalid Al-Falih telah bertemu dengan delegasi dari Libya dan Nigeria pada akhir pekan untuk membahas rencana pemulihan produksi termasuk tantangan yang dihadapi saat ini.

“Pasar minyak akan membutuhkan lebih banyak minyak mentah dari Libya dan Nigeria di saat minyak kembali seimbang dengan laju yang lebih cepat tahun ini setelah awal yang lamban,” kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo pada hari Minggu di St. Petersburg, seperti dikutip dari Bloomberg (Senin, 24/7/2017).

"Proses penyeimbangan kembali mungkin berlangsung lebih lambat dari yang kita proyeksikan sebelumnya, tapi tentu saja, akan lebih cepat di paruh kedua," ujar Barkindo.

Permintaan minyak, lanjutnya, diperkirakan akan tumbuh 2 juta bph pada paruh kedua. Meski demikian, tidak diketahui apakah kenaikan itu dibandingkan dengan dengan periode yang sama tahun 2016 atau paruh pertama tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper