Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ANTM Kaji Terbitkan Obligasi Tahun Depan

Korporasi tambang milik negara, PT Antam (Persero) Tbk., mengkaji sumber pendanaan untuk melunasi obligasi jatuh tempo senilai Rp900 miliar pada 2018.
Petugas menjelaskan detil produk logam mulia produksi PT Antam (Persero) Tbk pada pengunjung Pameran Logam Mulia Antam di Palembang Indah Mall, Sumsel, Jumat (14/4)./Antara-Feny Selly
Petugas menjelaskan detil produk logam mulia produksi PT Antam (Persero) Tbk pada pengunjung Pameran Logam Mulia Antam di Palembang Indah Mall, Sumsel, Jumat (14/4)./Antara-Feny Selly

Bisnis.com, JAKARTA - Korporasi tambang milik negara, PT Antam (Persero) Tbk., mengkaji sumber pendanaan untuk melunasi obligasi jatuh tempo senilai Rp900 miliar pada 2018.

Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramuditho mengatakan pihaknya memiliki sejumlah pilihan untuk melunasi pokok obligasi jatuh tempo tersebut. “Obligasi atau corporate finance masih terbuka opsinya,” katanya, Senin (20/6) malam.

Obligasi jatuh tempo yang dimaksud adalah obligasi berkelanjutan I tahap I tahun 2011 seri A senilai Rp900 miliar dengan tenor 7 tahun di mana kupon yang ditetapkan sebesar 8,8375%. Pada 2015, peringkat obligasi itu idA dan kemudian turun menjadi idBBB+ pada 2016.

Seri B dari obligasi tersebut sendiri bakal jatuh tempo pada 2021 di mana jumlah pokoknya sebesar Rp2,1 triliun dengan tenor 10 tahun dan kupon 9,05%. Setelah 2011, emiten berkode saham ANTM itu belum kembali menerbitkan obligasi.

Seperti diketahui, dana hasil penerbitan obligasi kala itu digunakan oleh perseroan untuk mengembangkan berbagai kegiatan usahanya di sektor nikel dan emas. Dua komoditas itu kini menjadi perhatian utama perusahaan.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan perusahaan telah memulai penjualan bijih nikel kadar rendah ke luar negeri seiring diberikannya rekomendasi ekspor bijih mineral dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Arie mengatakan perusahaan telah mengekspor 165.000 wet metric ton (wmt) bijih nikel ke Tiongkok dan tengah bersiap untuk mengirimkan tahap selanjutnya. “Kami bisa mengirim sampai 2,7 juta wmt,” katanya.

Menurutnya, kegiatan ekspor tersebut bakal mempengaruhi kinerja operasional perusahaan lantaran volume produksi akan meningkat. Namun, kinerja tersebut belum tentu mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Arie mengatakan dampak ekspor bijih nikel kadar rendah terhadap kinerja keuangan Antam akan sangat dipengaruhi oleh harga komoditas itu. Berdasarkan data perseroan, harga nikel naik 1,1% menjadi US$4,51 per lb (pon) pada Mei 2017 dibandingkan dengan US$4,46 lb pada awal kuartal I/2017.

Seperti diketahui, dalam hal hilirisasi mineral, Antam telah melaksanakan pemasangan tiang pancang perdana (first piling) Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) di Halmahera Timur, Maluku Utara pada April 2017.

P3FH memiliki kapasitas produksi feronikel 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun. P3FH akan mendukung total kapasitas produksi feronikel tahunan perseroan menjadi 40.500-43.500 TNi.

Dalam keterangan tertulisnya, Antam juga menegaskan diri sebagai salah satu produsen feronikel berbiaya rendah di dunia dimana biaya tunainya mencapai US$3,41 per lb pada 2016. Dengan berbagai langkah efisiensi serta beroperasinya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Pomalaa pada 2017, biaya tunai feronikel diharapkan dapat semakin turun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper