Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi terintegrasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. berencana menerbitkan surat utang valas senilai maksimal US$500 juta atau setara Rp6,66 triliun untuk melunasi utang sekaligus ekspansi usaha.
Berdasarkan keterbukaan informasi, surat utang atau notes akan diterbitkan melalui salah satu entitas anak usaha perseroan yakni TBG Global Pte Ltd. Dengan jaminan perusahaan oleh perseroan, pembayaran utang pokok notes akan jatuh tempo pada 2025, dengan skema bunga tetap.
“Dana hasil penerbitan notes akan digunakan untuk keperluan investasi dalam bentuk pemberian pinjaman dan penyertaan modal pada Tower Bersama Singapore Pte. Ltd (TBS). TBS akan memberikan fasilitas pinjaman antar perusahaan kepada perseroan,” demikian tertulis dalam keterangan perseroan, Selasa(11/4/2017).
Nantinya, dana hasil penerbitan notes akan digunakan untuk pelunasan kewajiban utang jatuh tempo dan mempercepat pembayaran pinjaman serta membiayai ekspansi usaha dan menunjang kebutuhan pendanaan perseroan secara umum.
Terkait ekspansi usaha, dana akan digunakan sebagai belanja modal untuk pengembangan perseroan, baik organik maupun nonorganik. Ekspansi akan dilakukan perseroan umumnya dengan menyediakan skema layanan build-to-suit dan collocationyang meliputi perencanaan jaringan, akuisisi lahan dan perizinan, serta desain infrastruktur dan konstruksi.
Tak hanya itu, perseroan juga melakukan instalasi jaringan dan manajemen proyek untuk tower telekomunikasi dan distributed antenna system (DAS), mendukung proses perluasan dan penggelaran jaringan, serta pengoperasian dan pemeliharaan site selama masa penyewaan infrastruktur.
Sebelumnya, Tower Bersama menargetkan ekspansi organik pembangunan maksimal sebanyak 3.000 menara telekomunikasi di seluruh wilayah Indonesia pada 2017.
Direktur Utama PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. Herman Setya Budi menyampaikan pihaknya akan berfokus pada pengembangan bisnis organik dengan menambah sekitar 2.000 hingga maksimal 3.000 tenancy pada tahun ini.
“Kalau memang ada peluang untuk ekspansi non-organik [akuisisi base transceiver station/BTS] pihak lain tentu kami siap,” ujarnya kepada Bisnis.
Setiap pembangunan menara baru diperkirakan menelan biaya sekitar Rp800 juta sampai Rp1,2 miliar. Nilai investasi yang dibutuhkan bergantung pada ketinggian dan lokasi menara tersebut, misalnya membangun di desa atau di kota, serta di Jawa atau di luar Jawa.