Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUU Kesehatan Trump Gagal, Investor Beralih ke Emas

Harga emas mengalami tren penguatan seiring dengan pelemahan dolar akibat penolakan kongres terhadap Rancangan Undang-undang (RUU) Kesehatan yang diusung Presiden Donald Trump.
Emas Comex./.Bloomberg
Emas Comex./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mengalami tren penguatan seiring dengan pelemahan dolar akibat penolakan kongres terhadap Rancangan Undang-undang (RUU) Kesehatan yang diusung Presiden Donald Trump.

Pada perdagangan Selasa (28/3) pukul 18:39 WIB, harga emas gold spot meningkat 0,71 poin atau 0,06% menjadi US$1.255,57 per troy ounce (Rp537.452,66 per gram). Ini merupakan level sejak pekan terakhir Februari 2017.

Agus Chandra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan harga emas mengalami lonjakan sejak perdagangan Senin (27/3) akibat melemahnya dolar AS. Dalam rapat kongres akhir pekan lalu, parlemen menolak RUU Kesehatan yang diusung Donald Trump dan Partai Republik untuk menggantikan program presiden AS sebelumnya, yakni Obamacare yang dibawa Barack Obama.

Hal tersebut menimbulkan kecemasan di pasar, karena janji-janji kebijakan Trump saat masa kampanye seperti reformasi pajak dan belanja infrastruktur dalam jumlah besar terancam tidak bisa direalisasikan, karena terhambat persetujuan parlemen. Adanya ketidakpastian inilah yang membuat investor kembali beralih kepada aset haven, yakni emas.

"Pasar menjadi cemas Trump tidak bisa memenuhi rencana-rencananya, karena kebijakan yang akan dikeluarkan tersandung di parlemen. Dolar anjlok, aksi beli emas marak," tuturnya kepada Bisnis.com, Senin (27/3).

Dalam sepekan ini, harga emas berpotensi melanjutkan penguatan dengan perkiraan rentang harga US$1.245--US$1.265 per troy ounce. Dua agenda utama yang memengaruhinya ialah pengaktifan Pasal 50 dalam Perjanjian Lisbon tentang Uni Eropa pada Rabu (29/3) dan rilis data pertumbuhan domestik bruto (PDB) AS pada Kamis (30/3).

Pengaktifan Pasal 50 merupakan jalan bagi Inggris untuk memulai proses Brexit, setelah melakukan referendum pada 23 Juni 2016. Meskipun demikian, membutuhkan waktu dua tahun kemudian sampai Britania Raya benar-benar lepas dari Uni Eropa.

Adapun PDB AS periode kuartal IV/2016 kategori final diperkirakan meningkat menjadi 2% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,9%. Data PDB AS dikeluarkan dalam tiga tahap setiap bulan, yakni advance (terdepan), preliminary (selanjutnya), dan final (akhir). Data PDB advance cenderung memiliki dampak yang paling besar.

"Pasar menanti perkembangan Brexit, ini akan menopang penguatan emas. Sedangkan membaiknya data PDB AS bisa membuat dolar rebound, sehingga menahan laju emas," tutur Agus.

Dia menyimpulkan, harga emas berpotensi kembali meningkat dalam pekan ini. Ada kemungkinan harga menembus level tertinggi baru di tahun ayam api, setelah pada 24 Februari 2017 mencatatkan harga US$1.257,19 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper