Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Meningkat Arus Kas INDY Diproyeksikan Membaik

Besarnya target produksi batu bara dari PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan proyeksi meningkatnya harga batu bara akhirnya membuat lembaga pemeringkat Fitch memberikan outlook positif bagi perseroan.
Angkutan batu bara di sungai Mahakam, Samarinda, Kaltim./REUTERS-Beawiharta
Angkutan batu bara di sungai Mahakam, Samarinda, Kaltim./REUTERS-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA – Besarnya target produksi batu bara dari PT Indika Energy Tbk. (INDY) dan proyeksi meningkatnya harga batu bara akhirnya membuat lembaga pemeringkat Fitch memberikan outlook positif bagi perseroan.

Primary Analyst Fitch, Muralidharan R, mengungkapkan outlook positif merefleksikan harapan Fitch meningkat pada arus kas Indika sesuai dengan harga batu bara thermal yang lebih tinggi. Fitch telah merevisi asumsi harga jangka menengah untuk batu bara thermal pada 2 Maret 2017.

“Kami percaya, lebih banyak kas yang didapat akan meningkatkan kemampuan perseroan untuk refinance 2018 notes dan kebutuhan untuk restrukturisasi utang telah surut signifikan,” katanya dalam laporannya, Senin (6/3/2017).

Menurutnya, pihaknya cenderung untuk meningkatkan peringkat Indika menjadi 'B-' karena perusahaan diharapkan akan berhasil membiayai 2018 notes. Hal tersebut menunjukkan, refinancing tersebut tidak signifikan meningkatkan kebutuhan refinancing utang tahunan dan dapat dikelola nyaman dalam prakiraa arus kas serta memelihara saldo kas yang cukup besar di Indika tingkat untuk mendukung likuiditas secara keseluruhan.

Fitch menjelaskan peningkatan harga batu bara akan mendorong kas yang lebih tinggi pada PT Kideco Jaya Agung yang merupakan aset kunci batu bara Indika sehingga arus dividen juga akan lebih tinggi untuk Indika.

“Indika sangat bergantung pada dividen dari Kideco. Kita sekarang menganggap penerimaan dividen dari Kideco berada di sekitar US$40 juta pada tahun 2017, termasuk dividen US$17 juta yang diterima selama kuartal 4/2016. Dan meningkat lebih lanjut pada tahun 2018 menjadi lebih dari US$70 juta pada tahun depan. Berdasarkan asumsi harga batubara yang telah kami revisi,” katanya.

Pada 2 Maret 2017, Fitch merevisi asumsi harga batu bara Newscatle dengan nilai kalori sebesar 6.000 kilokalori per kilogram (kkal/kg) menjadi US$70 per ton dari sebelumnya US$57 per ton.

Laporan Fitch tersebut juga menunjukkan jika Kideco memiliki fleksibiltas dan kapasitas produksi yang lebih tinggi dengan biaya operasi yang lebih rendah dan tidak adanya utang sehingga pemupukan profit bisa menjadi lebih bebas.

Kideco, lanjutnya, mampu memangkas biaya dan mempertahankan rasio pengupasan (stripping ratio) selama 2016, meskipun kenaikan harga minyak pada tahun ini akan mendorong adanya kenaikan.

“Meskipun demikian, Kideco mampu mempertahankan kemampuannya untuk menghasilkan arus kas yang lebih tinggi seturut harga batu bara yang lebih tinggi,” katanya.

Sementara itu, perseroan menargetkan pendapatan dari penjualan batu bara meningkat pada 2017 menjadi sekitar US$1 miliar dari 2016 senilai US$800 juta. Sentimen utama yang memengaruhi ialah perbaikan harga batu bara di kisaran US$70-US$80 per ton.

Direktur Keuangan INDY Azis Armand menjelaskan pada tahun lalu harga batu bara terbilang volatil karena bergerak di level US$50-an per ton yang kemudian melonjak menuju US$100 per ton. Adapun di tahun ayam api, harga komoditas tersebut diprediksi bergerak lebih stabil.

"Angka US$80 itu bagus, sedangkan US$100 sangat bagus. Kalau kita lihat level suistanable di kisaran US$70-US$80 per ton," ujarnya.

Sentimen utama yang memengaruhi harga batu bara menurutnya ialah sejauh mana tingkat produksi di China dan Australia. Adapun dari Indonesia, pertumbuhan suplai baru diperkirakan masih tipis.

Menurut Azis, peningkatan pemasukan menjadi US$1 miliar dapat dibukukan dari penjualan batu bara sebesar 33 juta ton. Angka ini meningkat tipis dari realisasi penjualan 2016 sejumlah 32 juta ton.

Penambahan 1 juta ton berasal dari anak usaha yang sudah beroperasi, yakni PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU). Wilayah konsesi MUTU terletak di Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Selatan.

Adapun sebagian besar penjualan emiten bersandi saham INDY itu disumbang oleh PT Kideco Jaya Agung, produsen batu bara terbesar ketiga di Indonesia yang beroperasi di Kalimantan Timur.

Pada tahun ini, berdasarkan perseroan Rencana Kerja, Anggaran dan Belanja (RAKB) yang telah disetujui oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kideco akan memproduksi 32 juta ton, sedangkan MUTU akan memproduksi 1 juta ton.

Azis optimis manajemen mampu merealisasikan pemasukan sebesar US$1 miliar. Pasalnya, perusahaan sudah merampungkan kontrak 2017 sekitar 70%-75%. Dia juga menilai dari sisi permintaan batu bara memang tidak terlalu mengkhawatirkan.

Pasar batu bara perseroan, sebagian besar masih merupakan pasar domestik. China memiliki permintaan sekitar 8 juta ton dari produksi 32 juta ton. Sedangkan Korea Selatan hanya menyerap kurang dari 3 juta ton.

“Mengenai pasarnya, Korsel nggak terlalu banyak. Namun Korsel pasar yang sangat hot karena banyak pembangkit baru. Korel sangat agresif tahun lalu karena khawatir tidak mendapatkan coal,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukas Hendra TM
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper