Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kedelai Positif, CPO Turut Menguat

Harga kedelai semakin menguat seiring dengan naiknya permintaan China. Sentimen ini turut memberikan efek positif bagi harga minyak kelapa sawit atau CPO.

Bisnis.com, JAKARTA--Harga kedelai semakin menguat seiring dengan naiknya permintaan China. Sentimen ini turut memberikan efek positif bagi harga minyak kelapa sawit atau CPO.

Pada perdagangan Rabu (26/10) pukul 18:08 WIB, harga minyak kedelai kontrak Desember 2016 di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) mencapai US$35,99 sen per pon. Angka ini merupakan level tertinggi sejak Agustus 2014.

Sementara harga kedelai di CBOT untuk kontrak Januari 2017 juga meningkat 0,72% menuju US$1.009,25 sen per bushel.

Sentimen kedelai turut menguatkan harga CPO. Pada penutupan perdagangan bursa Malaysia, Rabu (26/10), harga CPO untuk kontrak teraktif Januari 2017 meningkat 34 poin atau 1,23% menuju 2.794 ringgit (US$659,92) per ton.

United States Department of Agriculture (USDA) menyebutkan ekspor kedelai Amerika Serikat ke China sampai 20 Oktober 2016 mencapai 516.000 ton. Sentimen ini menopang kenaikan harga kedelai di dalam bursa berjangka.

Sementara itu, selain efek kedelai, harga minyak kelapa sawit kembali meningkat juga disebabkan menurunnya produksi dan persediaan di Malaysia. Diperkirakan sentimen positif bagi harga akan berlanjut sampai dengan akhir tahun.

Hoe Lee Leng, deputy director RHB Research, mengatakan pengetatan suplai akibat berkurangnya produksi di Malaysia dapat terjadi pada bulan Oktober. "Sentimen ini memberikan efek positif bagi harga," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/10/2016).

Malaysian Palm Oil Association menyebutkan level produksi pada tanggal 1--20 Oktober 2016 turun 11,4% dibandingkan periode yang sama di bulan sebelumnya. Berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board (MPOB), produksi CPO pada September 2016 naik 0,78% menuju 1,71 juta ton, sedangkan stok meningkat 5,67% menjadi 1,55 juta ton.

Sementara tingkat ekspor malah menurun 20,42% menjadi 1,45 juta ton. Namun, harga jual bulan lalu berhasil tumbuh 10,33% menuju ke 2.871 ringgit per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper