Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertama Kali Sejak Juli 2013, Kepemilikan Emas tembus 2.000 Ton

Kepemilikan emas global mencapai level tertinggi sejak Juli 2013, yakni lebih dari 2.000 metrik ton, dipicu sentimen terhadap referendum warga Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa dan meningkatnya spekulasi bahwa Amerika tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Emas batangan/Reuters
Emas batangan/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Kepemilikan emas global mencapai level tertinggi sejak Juli 2013, yakni lebih dari 2.000 metrik ton, dipicu sentimen terhadap referendum warga Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa dan meningkatnya spekulasi bahwa Amerika tidak akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.

Berdasarkan data dari Bloomberg, kepemilikan emas di bursa meningkat 4,1% ke angka 2.001,4 ton pada Rabu (6/7/2016).  Ini merupakan kenaikan tipis yang terakhir kali menyusul masuk nya kepemilikan 38,1 ton pada Selasa (5/7/2016), yang menjadi tonase harian terbesar sejak 2009.

“Faktor inti yang meningkatkan permintaan akan saat ini adalah meningkatnya keyakinan bahwa suku bunga AS akan bertahan, khususnya pasca Brexit,” Long Ling, Kepala Analis Logam Mulia dari Industrial Futures Co., Kamis (7/7/2016).

Ling menambahkan para investor juga memborong bulion guna menghindari ketidakpastian politik dan volatilitas pasar.

Emas untuk pengiriman terdekat diperdagangkan 0,3% lebih mahal di level US$1.368,02 per ounce pada pukul 09.48 waktu setempat di Singapura. Reli ke angka US$1.375,28 pada Rabu (6/7/2016) menjadi level tertinggi sejak Maret 2014 sementara harga spot naik 29% pada 2016.

Sementara itu, Amerika Serikat kehilangan rasa percaya diri untuk mengetatkan suku bunga dalam waktu dekat seiring dengan ketidakpastian terkait outlook pertumbuhan baik di negara tersebut juga negara-negara lain.

Berdasarkan data dari Bloomberg, kepemilikan emas global meningkat 21% dalam tiga bulan pertama tahun ini diikuti penaikan 11% berikutnya selama April hingga Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper