Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA MAPI: Laba Bersih Semester I/2015 Anjlok 68%

Laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk PT Mitra Adiperkasa Tbk. anjlok 67,82% sepanjang semester I/2015 menjadi Rp33,34 miliar dari posisi setahun sebelumnya yang sebesar Rp103,63 miliar.
Penjualan busana/ Ilustrasi/Antara
Penjualan busana/ Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Laba bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk PT Mitra Adiperkasa Tbk. anjlok 67,82% sepanjang semester I/2015 menjadi Rp33,34 miliar dari posisi setahun sebelumnya yang sebesar Rp103,63 miliar.

Pendapatan emiten ritel ini sebenarnya masih tumbuh 10,9% menjadi Rp6,1 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya, sekitar Rp5,5 triliun. Tetapi, pos laba tergerus oleh naiknya beban.

Beban pokok penjualan dan beban langsung tercatat meningkat 17,29% secara year-on-year menjadi Rp3,39 triliun dari sebelumnya Rp2,89 triliun. Beban usaha tumbuh 8,94% dari Rp2,31 triliun ke posisi Rp2,51 triliun.

Corporate Secretary Mitra Adiperkasa (MAPI) Fetty Kwartati mengatakan penurunan kinerja perseroan disebabkan oleh faktor ekonomi makro dan pelemahan rupiah. “Tetapi, di sisi lain, terdapat perbaikan dalam hal pengurangan biaya bunga. Obligasi zero-coupon sejumlah Rp1,5 triliun dari CVC [CVC Capital Partners] pada Juni 2015 telah mengurangi net gearing perusahaan, serta menghasilkan penghematan biaya bunga hingga Rp150 miliar per tahun,” paparnya dalam pernyataan resmi perseroan, Jumat (31/7/2015).

Seperti diketahui, pada Maret 2015 MAPI telah menjalin kemitraan dengan CVC lewat emisi surat utang senilai Rp1,5 triliun dan opsi kepemilikan saham di anak usaha. CVC merupakan perusahaan investasi, yang juga tercatat sebagai pemegang saham di beberapa emiten Grup Lippo, seperti PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF).

Fetty melanjutkan perseroan telah mengurangi tingkat persediaan, menurunkan inventory days, dan meningkatkan arus kas.

Tahun ini, MAPI mengincar pertumbuhan penjualan di kisaran 13%-14%. Namun, dengan naiknya bea masuk barang impor perseroan menyatakan berencana menyesuaikan strategi harga jual produk. Jika pengaruh regulasi tersebut signifikan, tidak tertutup kemungkinan perseroan menyesuaikan target penjualan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper