Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA KARET: Makin Anjlok

BISNIS.COM, TOKYO—Harga karet turun untuk hari ketiga setelah mata uang Jepang menguat, mengurangi daya tarik kontrak berjangka berdenominasi yen, dan kekhawatiran bahwa melambatnya perekonomian akan mengurangi permintaan.

BISNIS.COM, TOKYO—Harga karet turun untuk hari ketiga setelah mata uang Jepang menguat, mengurangi daya tarik kontrak berjangka berdenominasi yen, dan kekhawatiran bahwa melambatnya perekonomian akan mengurangi permintaan.

Nilai kontrak untuk pengiriman November di Tokyo Commodity Exchange turun sebanyak 1,7% menjadi 243,6 yen per kilogram (US$2.514 per metrik ton), level terendah sejak 18 April. Penurunan nilai kontrak untuk tahun ini menjadi 19%.

Mata uang Jepang menguat pekan ini setelah Perdana Menteri Shinzo Abe gagal untuk mengesankan investor dalam pidato pekan ini yang merinci strategi pertumbuhan ekonomi. Adapun klaim pengangguran AS menurun pekan lalu sebelum laporan hari ini diproyeksikan akan menunjukkan pertumbuhan payrolls, memicu perdebatan tentang kelanjutan pembelian obligasi Federal Reserve.

Berdasarkan rerata estimasi dari 34 ekonom, ekspor China mungkin telah tumbuh 7,1% pada Mei dari tahun sebelumnya, kurang dari proyeksi setengah bulan sebelumnya sebesar 14,7%. Sementara survei Bloomberg News menunjukkan, pertumbuhan impor mungkin melambat menjadi 6,9% dari bulan April sebesar 16,8%.

Karet untuk pengiriman September di Shanghai Futures Exchange sedikit berubah menjadi 18,260 yuan (US$2.975) per ton. Menurut Institut Penelitian Karet Thailand, karet free on-board turun 0,3% menjadi 87,90 baht (US$2,87) per kilogram, level terendah sejak 3 Mei.

Suwit Chaikiattiyos, wakil direktur jenderal di Departemen Pertanian, yang merupakan perwakilan Thailand di International Tripartite Rubber Council mengatakan, para pejabat senior dari Thailand, Indonesia,dan  Malaysia akan bertemu pekan depan untuk membahas langkah-langkah untuk membatasi pasokan dan mengurangi volatilitas harga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper