Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Resiliensi JPFA, CPIN & BISI di Tengah Sentimen Tarif AS-RI

Emiten unggas seperti JPFA dan CPIN dinilai akan mendapatkan dampak atas kebijakan tarif resiprokal AS terhadap Indonesia.
Peternak memberi pakan pada ayam ras petelur di Serpong, Tangerang Selatan. Bisnis/Himawan L Nugraha
Peternak memberi pakan pada ayam ras petelur di Serpong, Tangerang Selatan. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten agribisnis seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) hingga PT BISI International Tbk. (BISI) dinilai akan mendapatkan dampak atas kebijakan tarif resiprokal AS terhadap Indonesia.

Amerika Serikat (AS) sepakat untuk memangkas tarif resiprokal kepada Indonesia menjadi 19%. Sebagai imbalannya, Indonesia wajib meningkatkan belanja dan membebaskan tarif atau 0% untuk produk AS, termasuk dari sektor pertanian.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia menerangkan, arus impor produk pertanian dari AS bakal berisiko membuat emiten pertanian lesu. Akan tetapi, hal itu akan sangat bergantung pada skenario implementasi perjanjian ini.

Salah satu emiten yang berisiko bakal terdampak adalah PT BISI International Tbk. (BISI) yang memproduksi benih jagung hibrida.

Pada skenario pertama, jika pemerintah Indonesia dan AS memilih untuk memenuhi kebutuhan lewat impor jagung murah dari AS, maka dampak yang muncul adalah turunnya harga jual jagung lokal. Hal itu bakal berdampak pada permintaan benih jagung.

"Ini pernah terjadi di masa lalu saat harga jagung internasional jatuh dan petani lokal menahan tanam karena rugi," kata Liza dalam risetnya, Kamis (17/7/2025).

Terhadap BISI, impor jagung dalam skala yang besar bakal menekan margin petani lokal, sehingga meningkatkan risiko overstock benih saat permintaan menurun. Hal itu juga berpotensi mengubah strategi tanam petani ke komoditas lain di luar jagung.

Kedua, dampak terhadap BISI bisa dinetralisir jika impor jagung dari AS ditujukan untuk industri pakan ternak skala besar. Selain itu, jika pemerintah melakukan proteksi atau subsidi kepada petani jagung lokal lewat bantuan benih, kredit, hingga harga pembelian pemerintah (HPP), juga bakal membantu meredam dampak impor produk pertanian AS.

Liza menilai, dalam jangka pendek, selama pemerintah mampu menjaga stabilitas harga jagung lokal, maka dampaknya akan netral terhadap BISI.

Sebaliknya, dampak negatif akan muncul dalam jangka menengah jika realisasi impor jagung AS masif dan tidak ada proteksi bagi petani lokal.

"Karena ini akan menurunkan minat tanam dan berdampak pada penjualan benih BISI," lanjutnya.

Secara terpisah, Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata dalam risetnya menilai meski eksposur ekspor langsung produk unggas ke AS relatif kecil, di bawah 10%. Namun, emiten unggas seperti JPFA dan CPIN tetap akan mendapatkan dampak negatif kebijakan tarif AS secara tidak langsung.

"Risiko tarif berdampak ke rantai pasok agribisnis RI secara lebih luas, terutama untuk value-added poultry," kata Liza dalam risetnya pada Rabu (16/7/2025).

Dia menilai emiten unggas seperti JPFA dan CPIN mesti memiliki solusi atas dampak kebijakan tarif Trump itu, seperti perluasan penetrasi pasar Asia Tenggara dan Timur Tengah. Selain itu, mengembangkan produk halal processed food untuk pasar ekspor non-AS yang bebas tarif.

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Harry Su juga mengatakan kebijakan tarif AS sebenarnya membuat AS menang banyak, karena Indonesia membuka seluruh pasarnya untuk AS.

Dia menjelaskan bahwa untuk ekspor Indonesia ke AS, mungkin hampir tidak masalah karena pesaing Indonesia akan menerima tarif yang sama atau lebih tinggi. Lagi pula, tarif AS dibayar oleh konsumen AS, bukan produsen Indonesia.

"Masalah besarnya adalah produk AS yang dapat memasuki pasar Indonesia dengan tarif 0%. Jika ayam dari AS masuk ke Indonesia, pelaku usaha unggas lokal kita niscaya akan mati semua, yang berarti 5 juta pekerjaan akan langsung hilang," kata Harry dalam keterangan tertulisnya.

Sementara, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai eksposur ekspor unggas Indonesia, termasuk dari JPFA dan CPIN ke AS memang kecil. Alhasil, kebijakan tarif Trump tidak banyak memengaruhi kinerja bisnis JPFA dan CPIN.

Selain itu, gangguan rantai pasok unggas seiring dengan kebijakan tarif Trump menurutnya masih bisa dimitigasi. JPFA serta CPIN pun menurutnya bisa memanfaatkan peluang dari kebijakan tarif Trump, di antaranya dengan akses pakan unggas impor dari AS yang bebas pajak.

"JPFA, CPIN, dan MAIN [PT Malindo Feedmill Tbk.] masih punya comparative advantage dan diharapkan mampu memacu kinerja penjualannya dalam memaksimalkan penyerapan pangsa pasar domestik," kata Nafan, Kamis (17/7/2025).

Di sisi lain, menurutnya kinerja saham emiten unggas saat ini masih prospektif. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham JPFA telah menanjak 4,32% ke level Rp1.690 per lembar pada perdagangan hari ini, Kamis (17/7/2025). Harga saham JPFA juga telah menanjak 8,33% dalam sebulan terakhir.

Kemudian, harga saham CPIN menanjak 5,35% ke level Rp5.025 per lembar pada hari ini. Harga saham CPIN juga di telah menguat 3,4% dalam sebulan perdagangan terakhirnya.

Lalu, harga saham MAIN naik 6,3% ke level Rp675 per lembar. Harga saham MAIN juga telah menguat 6,3% dalam sebulan perdagangan terakhir.

"Prospek saham unggas masih bagus. Sudah mulai uptrand," ujar Nafan. 

Nafan merekomendasikan accumulative buy untuk CPIN dengan target harga jangka panjang di level Rp5.475 per lembar. Lalu, JPFA direkomendasikan accumulative buy dengan target harga jangka panjang di level Rp1.770 per lembar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro