Bisnis.com, JAKARTA — Perombakan besar-besaran di jajaran pengurus PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan PT Timah Tbk. (TINS) telah dilaksanakan. Manuver wajah-wajah baru komisaris dan direksi emiten grup MIND ID dinantikan untuk mendongkrak kinerja dan pundi-pundi cuan ke depan.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Kamis (12/6/2025), pemegang saham ANTM menunjuk Achmad Ardianto sebagai Direktur Utama menggantikan Nicolas D. Kanter.
Achmad bukan nama baru di Antam. Sebelum naik ke kursi Dirut, dia menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia ANTM.
Sementara itu, pemegang saham PTBA mengangkat Bambang Ismawan sebagai Komisaris Utama untuk menggantikan posisi Irwandy Arif dalam RUPST yang digelar pada hari yang sama.
Bambang merupakan purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Dia juga sempat menjabat sebagai Asisten Intelijen Kasad pada 2021, dan pada tahun yang sama ditugaskan sebagai Panglima Kodam XVI/Pattimura. Pada 2021-2023, Bambang tercatat menempati posisi sebagai Komandan Kodiklat TNI.
Sebelum ANTM dan PTBA, PT Timah Tbk. (TINS) sudah lebih dulu merombak jajaran komisaris dan direksi perseroan. Dalam RUPS Luar Biasa pada Jumat (2/5/2025), TINS resmi memiliki nakhoda baru dengan pengangkatan Restu Widiantoro sebagai Direktur Utama menggantikan Ahmad Dani Virsal.
Restu Widiyantoro tercatat sebagai purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir sebagai Kolonel Infanteri. Restu lulus dari Akademi Militer pada 1987, meraih gelar Diploma S2 dari King's College London pada 1997 dan Master of Defence dari Cranfield Universities pada 1999.
Selain merombak jajaran direksi, RUPSLB PT Timah Tbk. juga mengocok ulang nama-nama yang mengisi kursi dewan komisaris perseroan. RUPSLB memberhentikan dengan hormat M. Alfan Baharudin sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen TINS.
Selanjutnya, pemegang saham TINS sepakat untuk mengangkat Agus Rohman sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen.
Senada dengan Restu, Agus Rohman juga berlatar belakang militer dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal TNI. Purnawirawan TNI Angkatan Darat lulusan Akmil pada 1988 itu pernah menjadi ajudan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Agus Rohman cukup lama menduduki jabatan di Kostrad sebelum menempati jabatan terakhir Agus Rohman sebagai Panglima Komando Daerah Militer XVI/Pattimura.
Wajah-wajah baru di pucuk pimpinan emiten tambang logam grup MIND ID itu punya tugas berat untuk mendongkrak kinerja operasional dan keuangan di tengah berbagai dinamika regulasi, polemik pertambangan, hingga volatilitas harga komoditas batu bara, emas, nikel, timah, dan bauksit.
PTBA, misalnya, membukukan penurunan laba bersih pada 2024 sebesar Rp1 triliun dari Rp6,1 triliun pada 2023 menjadi Rp5,1 triliun. Hal itu terjadi akibat merosotnya harga batu bara.
Di sisi lain, ANTM sedang dihadapkan pada polemik penambangan PT Gag Nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Sementara itu, TINS sedang bergelut dengan sentimen negatif akibat kasus pidana korupsi yang menjerat mantan pejabatnya dan penambangan timah ilegal.
Meski sektor tambang nasional tengah menghadapi berbagai tantangan saat ini, analis yang dihubungi Bisnis masih melihat saham ANTM, TINS, dan PTBA cukup menarik untuk dicermati investor.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menjelaskan saat ini TINS dan PTBA memberikan sinyal positif.
“PTBA tumbuh stabil lewat yield tinggi 75%–100%, serta TINS kembali untung dan siap kembali bagi hasil,” kata Ekky, Kamis (12/6/2025).
Dengan kondisi saat ini, menurut Ekky momentum saat ini bukan untuk rotasi sektoral sementara, tetapi lebih kepada pembalikan persepsi terhadap subsektor tambang dengan fundamental yang layak. Terlebih lagi, jika risiko sentimen global tidak lagi mendominasi pasar.
Ekky memberikan rekomendasi untuk akumulasi selektif terhadap saham PTBA dan ANTM sebagai core holding. Sementara itu, saham TINS bisa menjadi pilihan spekulatif jangka menengah jika harga timah pulih.
Baca Juga : PT Timah (TINS) Bagikan Dividen Rp474,65 Miliar |
---|
Investment Analyst Edvisor.id Indy Naila menjelaskan ANTM memiliki valuasi yang cukup murah dan prospektif ke depannya, terutama melihat permintaan emas masih tinggi dan sektor emas ritel yang masih baik didukung dengan pembangunan smelter nikel.
Sementara itu, untuk PTBA menurutnya perlu melihat prospek batu bara yang masih bergantung dengan permintaan India dan China.
“Untuk timah masih bergerak cukup volatil, jadi perlu berhati-hati juga dengan regulasi-regulasi ke depannya,” tutur Indy.
Indy memberikan rekomendasi untuk mengakumulasi saham tambang. Untuk ANTM, Indy memberikan rekomendasi buy on weakness dengan target harga atau target price (TP) pada level Rp3.800-Rp4.000.
Lalu untuk PTBA buy dengan target harga Rp3.100. Kemudian TINS speculative buy dengan target harga Rp1.365 per saham.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.