Bisnis.com, JAKARTA— Obligasi korporasi milik BBNI hingga TLKM masuk dalam deretan seri yang jatuh tempo pada bulan ini dengan total Rp8,87 triliun.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang diakses pada Sabtu (7/6/2025), pada sisa bulan ini, terdapat delapan seri yang akan jatuh tempo. Adapun, nilai obligasi korporasi terbesar yang jatuh tempo sebesar Rp4 triliun milik PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI). Perusahaan menawarkan kupon 6,35% per tahun dan jatuh tempo pada 21 Juni 2025.
Kemudian, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), BUMN telekomunikasi itu masuk dalam daftar dengan nilai obligasi koporasi sebesar Rp2,1 triliun. Perusahaan menawarkan kupon 10,25% per tahun atau yang tertinggi di antara delapan seri lainnya. Seri ini jatuh tempo pada 23 Juni 2025.
Berikutnya, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) dengan nilai Rp1,76 triliun. Seri ini memiliki kupon 8,3% per tahun dan jatuh tempo pada 6 Juni 2025. Ada pula PT Surya Artha Nusantara Finance dengan dua seri, yakni seri bertenor 3 tahun dengan nilai pokok Rp600 miliar dan kupon 7,05%, jatuh tempo pada 10 Juni 2025. Seri lainnya, yakni setahun dengan nilai pokok Rp200 miliar dan kupon 6,7%, jatuh tempo pada 30 Juni 2025.
Dalam daftar, ada PT Pembangunan Perumahan Presisi Tbk. (PPRE), entitas anak PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) dengan nilai pokok Rp102,27 miliar dan kupon 9,5%. Instrumen ini jatuh tempo pada 30 Juni 2025. Dua terakhir, yakni seri yang diterbitkan PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry dengan nilai pokok Rp64,26 miliar dan kupon 8,25% dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dengan nilai pokok Rp44,6 miliar dan kupon 7,5%. Kedua seri ini jatuh tempo pada 15 Juni 2025.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan penurunan BI rate 25 basis poin ke level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20—21 Mei 2025 akan berpotensi menurunkan yield surat utang negara (SUN).
Baca Juga
"Kemudian, hal itu akan menimbulkan penurunan cost of fund [biaya dana] dalam penerbitan obligasi dan memacu korporasi atau penerbit mencari pembiayaan di pasar obligasi," ujar Ramdhan kepada Bisnis pada Kamis (22/5/2025).
Apalagi jika nilai tukar rupiah dapat terjaga dengan baik, maka pasar obligasi akan lebih likuid. Pelaku pasar pun akan makin percaya diri masuk ke pasar obligasi. Meskipun, dia mengakui pasar obligasi tetap tak terlepas dari sentimen luar negeri yang membawa volatilitas tinggi. Kondisi global saat ini penuh dengan ketidakpastian seiring dengan kekhawatiran perang dagang menjadi ancaman untuk aliran modal asing di pasar obligasi.
Kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait tarif impor AS sempat memberikan tekanan terhadap yield pasar obligasi, terutama obligasi di negara berkembang. Setelah kebijakan tarif impor AS ditunda, dalam sebulan terakhir pasar obligasi cenderung stabil dan terjadi penguatan.
Director & Chief Investment Officer, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula menambahkan turunnya BI rate memberikan sentimen positif untuk pasar obligasi karena dapat menurunkan yield SUN.
"Apalagi statement BI mengindikasikan potensi diturunkan kembali suku bunga lagi ke depannya. Kami melihat ini sebagai peluang untuk imbal hasil SBN [surat berharga negara] mengalami tren penuruan," ujar Ezra kepada Bisnis pada Kamis (22/5/2025).