Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Turun, Laju Emiten Properti Terganjal Stabilitas Rupiah & Outflow Asing

Pemangkasan BI Rate belum mampu memicu reli saham properti. Indeks sektor ini masih terkoreksi, dibayangi kekhawatiran stabilitas rupiah & capital outflow.
engendara sepeda motor melintasi logo BSD City di Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (9/12/2023). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
engendara sepeda motor melintasi logo BSD City di Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (9/12/2023). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Pemangkasan BI Rate menjadi 5,5% belum mampu menyulut reli saham properti. Indeks sektor ini justru terus terkoreksi. Analis menilai, kondisi tersebut terjadi lantaran masih adanya kekhawatiran terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan terjadinya potensi capital outflow.

Melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks saham properti terkoreksi 1,47% menuju level 741,33 pada perdagangan Senin (26/5/2025). Koreksi ini menandai pelemahan tiga hari beruntun usai BI Rate dipangkas pada 21 Mei lalu.

Pada Kamis (22/5/2025), indeks ditutup melemah 0,33% dan kembali terkontraksi sebesar 0,28% pada perdagangan berikutnya. Alhasil, indeks properti bertahan di zona merah dengan penurunan 0,59% sejak awal tahun hingga 23 Mei 2025.

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan penurunan BI rate secara teori menjadi katalis positif bagi sektor properti. Namun, kondisi di lapangan belum sepenuhnya mendukung optimisme tersebut.

"Investor melihat penurunan BI Rate ini belum tentu langsung menurunkan bunga KPR [Kredit Pemilikan Rumah] karena kondisi likuiditas bank masih ketat,” ujar Liza saat dihubungi, Senin (26/5/2025).

Di sisi lain, dia melihat adanya kekhawatiran terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan potensi arus keluar dana asing turut membayangi sentimen pelaku pasar.

Sementara dari sisi permintaan, sektor properti khususnya untuk rumah tapak di segmen menengah ke atas juga belum menunjukkan tanda pemulihan yang kuat.

Liza menilai sektor properti masih membutuhkan waktu untuk pulih sepenuhnya. Efek positif dari pelonggaran suku bunga kemungkinan baru akan terasa pada semester II/2025, seiring membaiknya daya beli dan kepercayaan konsumen.

“Saham yang fokus ke rumah tapak, seperti CTRA dan BSDE punya peluang rebound, tetapi apartemen dan high-rise masih berat. Sentimen politik dan arah ekonomi baru pasca pemilu juga bakal jadi penentu,” pungkasnya.

Adapun dari sisi valuasi, beberapa saham dinilai masih menarik. PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) dinilai memiliki diversifikasi proyek yang kuat dengan valuasi price to book value atau PBV di bawah rata-rata.

PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) juga dinilai stabil berkat portofolio mal dan properti komersial yang solid. Liza turut menyoroti Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) yang fokus pada kawasan industri, dengan margin keuntungan tinggi serta dividen atraktif.

Namun, dia mengingatkan investor tetap perlu mencermati sejumlah faktor risiko seperti pencapaian marketing sales, arah suku bunga global, kondisi makroekonomi, dan ketegangan geopolitik yang dapat memengaruhi arus investasi ke sektor ini.

BI Rate Turun, Laju Emiten Properti Terganjal Stabilitas Rupiah & Outflow Asing

Peluang Rebound Emiten Properti

Di sisi lain, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta meyakini bahwa penurunan kinerja indeks saham properti hanya bersifat sementara.

Menurutnya, tren kebijakan moneter dalam negeri sudah cukup akomodatif. BI bahkan memberikan sinyal berlanjutnya pemangkasan suku bunga acuan, seiring dengan arah kebijakan suku bunga The Fed yang diperkirakan juga akan menurun.

“Penurunan BI rate akan berdampak positif pada permintaan kredit, termasuk KPR dan KPA [Kredit Pemilikan Apartemen]. Hal tersebut akan mendukung sektor properti ke depan,” ucap Nafan kepada Bisnis.

Dia menuturkan sejumlah bank sentral dunia juga telah menerapkan pelonggaran moneter guna mendorong permintaan dan menurunkan biaya pinjaman. Kondisi ini memberikan landasan kuat bagi sektor properti untuk dapat bertumbuh.

Di samping itu, Nafan menilai kinerja marketing sales sejumlah emiten properti mulai menunjukkan perbaikan pada kuartal I/2025. Hal tersebut menjadi indikasi awal bahwa permintaan mulai membaik dan potensi pertumbuhan ke depan masih terbuka.

“Otomatis seharusnya dalam jangka panjang akan memberikan sentimen positif bagi emiten berbasis properti, apalagi emiten properti tengah mengalami kenaikan kinerja marketing sales pada kuartal pertama tahun ini,” tuturnya.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh dan Wilastita Muthia Sofi, dalam risetnya, menyebutkan bahwa saham properti cenderung mengalami re-rating menjelang atau saat terjadi pemangkasan suku bunga, meskipun realisasi prapenjualan tetap dipengaruhi oleh variasi produk dan strategi peluncuran.

Mereka menambahkan bahwa diskon saham properti terhadap revalued net asset value (RNAV) juga cenderung menyempit ketika terjadi pemangkasan suku bunga, atau ketika kebijakan suku bunga mulai stabil setelah kenaikan.

“Kinerja harga saham juga mulai membaik satu bulan sebelum pemangkasan, mencerminkan strategi taktis investor terhadap sektor ini,” ucap keduanya.

BRI Danareksa mempertahankan peringkat overweight untuk saham properti karena valuasi mayoritas emiten masih diperdagangkan dengan diskon besar dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir, meskipun ada kenaikan signifikan pada April 2025.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper