Bisnis.com, JAKARTA — Kekuatan greenback yang kian lunglai akibat kekhawatiran Tarif Trump menjadi kesempatan bagi rupiah mengalami penguatan mendekati level Rp15.000 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terpantau mengalami penguatan dan kini sudah berada di level Rp16.217 per dolar AS pada Senin (26/3/2025) pukul 13.00 WIB. Sejak awal bulan ini (month-to-date) rupiah sudah terapresiasi 2,6%.
Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan mata uang Negeri Paman Sam itu terpantau turun makin turun 0,34% menjadi 98,77.
Adapun, tensi dagang dan pelemahan permintaan atas aset dolar AS menjadi tekanan terhadap greenback. Ancaman tarif Trump yang berisiko memperlebar defisit fiskal AS meluruhkan daya tarik dolar AS.
Laporan dari data CFTF yang dikutip Bloomberg menyebutkan antusiasme pasar terhadap dolar AS berkurang tahun ini. Sementara itu, pedagang spekulatif kini memasang posisi bearish untuk dolar AS.
Anallis ANZ Banking Group Ltd. Felix Ryan menyebut baru-baru ini penundaan tarif untuk Uni Eropa juga sudah mengangkat performa dolar Australia dan dolar Selandia Baru di hadapan dolar AS.
"Meskipun teknana terhadap dolar AS cukup kuat termasuk kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal AS dan tarif, posisi pasar terhadap dolar sudah cukup negatif dibandingkan mata uang lainnya [khususnya terhadap yen]," kata Ryan, dikutip Bloomberg, Senin (26/5/2025).
Dari dalam negeri, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menyampaikan bahwa fokus utama bank sentral saat ini menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah perkembangan global yang penuh ketidakpastian.
Dia menilai yang paling terpenting adalah memastikan ekonomi domestik tetap kuat, inflasi tetap rendah dan terjaga, nilai tukar stabil, dan Bank Indonesia terus berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi.
"Semua ini penting agar Indonesia memiliki daya tahan tinggi terhadap ketidakpastian di pasar global," ujar Ramdan kepada Media, Senin (26/5/2025).
Terkait langkah-langkah konkret dalam menjaga stabilitas nilai tukar, Ramdan menegaskan bahwa Bank Indonesia telah mengoptimalkan berbagai instrumen kebijakan. BI melakukan intervensi aktif di pasar keuangan, termasuk di pasar spot, pasar domestik nondeliverable forward (DNDF), dan pasar offshore.
Secara regional, penguatan rupiah ini menempatkan Indonesia di posisi ketiga di Asia, di bawah Thailand yang menguat 2,95% dan Malaysia 2,64%. Di bawah Indonesia, terdapat Singapura yang menguat 1,9% dan Filipina 1,03%.
"Alhamdulillah, rupiah menguat 2,6% month to date pada Mei ini. Bank Indonesia terus hadir di pasar, menjaga keseimbangan mekanisme permintaan dan penawaran, serta memastikan stabilitas volatilitas nilai tukar dari waktu ke waktu," tutup Ramdan.