Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Asia dibuka melemah pada Senin (10/2/2025) seiring dengan rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengenakan tarif pada semua impor baja dan aluminium yang meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap eskalasi perang dagang.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang terpantau melemah 0,22% ke level 2.731,35, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,48% ke level 2.509,79. Selanjutnya, indeks S&P ASX 200 Australia terkoreksi 0,32% ke level 8.484,20.
Kabar pengenaan tarif impor sebesar 25% pada baja dan aluminium akan diumumkan pada hari Senin menambah kekhawatiran di pasar menjelang kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di depan kongres dua tahunan dan kemungkinan Trump akan mengumumkan tarif timbal balik pada "semua orang" minggu ini.
Trump mengatakan tarif logam akan berlaku untuk impor dari semua negara, meskipun dia tidak menyebutkan kapan tarif tersebut akan berlaku.
"Pasar terus bereaksi terhadap perubahan kebijakan Trump dibandingkan data ekonomi," tulis Kepala Strategi Pasar dan Wawasan di BNY, Bob Savage dalam sebuah catatan kepada kliennya.
Dia menambahkan, pendapat dari Ketua The Fed Jerome Powell akan sangat penting dalam menilai dampak tarif dan perubahan kebijakan lainnya terkait rencana pelonggaran.
Baca Juga
Perhatian investor di Asia akan tertuju pada saham-saham China karena semakin besarnya pengaruh negara tersebut dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang telah memicu gelombang optimisme terhadap perusahaan-perusahaan teknologi negara tersebut.
Reli tersebut dapat terancam karena lonjakan belanja sementara sekitar liburan Tahun Baru Imlek, yang menyebabkan inflasi konsumen meningkat pada bulan Januari untuk pertama kalinya sejak bulan Agustus, menutupi tekanan deflasi dalam perekonomian China.
"Konsumen China tetap berhati-hati dan tren penurunan konsumsi terus berlanjut," tulis ekonom Goldman Sachs termasuk Andrew Tilton dalam sebuah catatan kepada kliennya. Peningkatan musiman dalam inflasi China kemungkinan akan berubah menjadi hambatan musiman di bulan Februari.
Adapun, indeks S&P 500 merosot 1% pada Jumat pekan lalu di tengah meningkatnya kekhawatiran tarif dan setelah data menunjukkan penurunan sentimen konsumen di tengah kekhawatiran atas inflasi. Kurs dolar AS menguat, sedangkan obligasi pemerintah AS turun setelah angka pekerjaan menyoroti pasar tenaga kerja yang moderat, tetapi sehat.
Data penggajian nonpertanian AS meningkat sebesar 143.000 bulan lalu setelah revisi ke atas dari dua bulan sebelumnya.
Ketua bank sentral AS, Federal Reserve, Jerome Powell akan menyampaikan pernyataan enam bulanan pada saat para pejabat memberi sinyal bahwa mereka tidak terburu-buru untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut.
Data inflasi akhir minggu ini dapat membantu mendukung argumen tersebut dan mendukung harga pasar untuk hanya satu pemotongan suku bunga AS tahun ini.