Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Nikel RI Tetap Solid Walau Trump Cabut Mandat Kendaraan Listrik AS

Mayoritas saham emiten nikel tetap menguat di tengah sentimen kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakhiri mandat kendaraan listrik.
Ilustrasi pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa./JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Sebagian besar saham emiten nikel tetap menguat di tengah sentimen kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakhiri mandat kendaraan listrik

Pada perdangangan sesi I, Rabu (22/1/2025), mayoritas saham milik emiten tambang dan smelter nikel Tanah Air bergerak di zona hijau. 

Misalkan, duo emiten tambang & smelter grup MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) mencatatkan penguatan harga saham masing-masing 1,32% dan 0,56%. Saham ANTM diperdagangkan di level Rp1.530 per saham dan INCO di angka Rp3.600 per saham. 

Selanjutnya, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL), PT PAM Mineral Tbk (NICL) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM) masing-masing menguat 1,37%, 0,80% dan 1,02%. 

Selain itu, PT United Tractors Tbk turut mencatatkan penguatan sebesar 1,46% atau 375 poin ke level Rp26.075 per saham. 

Di sisi lain, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA)  PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) dan PT Ifishdeco Tbk. (IFSH) cenderung terkoreksi pagi ini. Saham MBMA terkoreksi 0,47% ke level Rp420 per saham. Pelemahan itu turut diikuti saham IFSH dan DKFT masing-masing minus 1,46% dan 0,78%. 

Pakar otomotif dan akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan kembalinya AS ke minyak bumi dan internal combustion engine (ICE) memang akan memberikan dampak memperlambat transisi ekosistem energi baru terbarukan dan akan semakin berseberangan dengan kebijakan yang disepakati semua negara G7.

"Tetapi, dampaknya tidak akan sebesar dulu ketika AS masih menjadi pasar otomotif terbesar. Dominasi China, kebangkitan BRICS, dan komitmen negara-negara lain terhadap elektrifikasi akan memitigasi dampak negatif dari kebijakan AS ,” kata Martinus kepada Bisnis, Selasa (21/1/2025).

Seperti diberitakan sebelumnya, Trump mengakhiri mandat kendaraan listrik, yakni aturan untuk meningkatkan adaptasi kendaraan berbasis energi hijau yang diinisiasi Presiden Joe Biden. 

Hal tersebut disampaikan Trump dalam pidatonya setelah pelantikan dan pengambilan sumpah sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) 2025—2029. Trump menyatakan akan menghentikan kewajiban adaptasi kendaraan listrik dan mengakhiri perjanjian hijau, menandakan sikap AS untuk keluar dari Perjanjian Paris (Paris Agreement). 

"Dengan tindakan saya hari ini, kita akan mengakhiri kesepakatan baru yang ramah lingkungan dan kita akan mencabut mandat kendaraan listrik, menyelamatkan industri kita sendiri dan menepati janji suci saya kepada para pekerja industri otomotif Amerika yang hebat," ujar Trump dalam pidatonya, Senin (21/1/2025).

Menurutnya, mandat kendaraan listrik tidak mendukung industri otomotif AS yang memproduksi kendaraan-kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu, pencabutan mandat tersebut akan berpengaruh positif bagi industri, tenaga kerja, dan perekonomian AS. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper